Meluruskan salah paham tentang Iwan Fals tentang Aksi Bela Islam, tentang dukungan pada Ahok, tentang kontroversi di twitter.
Tulisan di situs iwanfals.co.id ini perlu redaksi portalpiyungan.co sebarkan untuk menanggapi kesalahpahaman tentang Iwan Fals selama ini.
***
Sabtu siang (3/12) Iwan Fals memberikan keterangan tentang situasi yang berkembang saat ini.
“Bagaimana pendapat Bang Iwan tentang Monas 212?”
Iwan Fals :
“Luar biasa, saya harus mengatakan ini dan saya lega. Gelombang cinta gelombang kesadaran merobek langit yang mendung menyongsong hari esok yang lebih baik. Masyarakat dan aparat kita siap dan waspada. Bohong kalau masyarakat Indonesia bodoh. Bohong kalau masyarakat kita nggak dewasa. Saat saya di Semarang (30/11), undangan Pangdam IV Diponegoro Mayjen TNI Jaswandi saya suarakan soal NKRI. Indonesia seperti pelangi, beraneka ragam warna tapi satu. Jati diri kita sebagai bangsa tetap kokoh dalam keberagaman. Lantas bangsa Cina, lantas bangsa Arab, lantas bangsa Eropa, India dan bangsa-bangsa lainnya tinggalkan jejak di sini dan ingin kembali ke sini.”
“Kabar Monas 212 dihadiri jutaan manusia. Bang Iwan punya ide tentang konser 4 juta penonton. Apa reaksi Bang Iwan menyaksikan fenomena ini?”
Iwan Fals :
“Soal jutaan manusia kemarin di Monas 212, saya merinding, takjub, dan Alhamdulillah. Saya nggak ada beban lagi. Indonesia Raya sudah dinyanyikan lebih banyak dari Bangladesh, walaupun 1 stanza. Soal ide konser 4 juta penonton, saya dan manajemen bersama NET TV pernah berhitung ini. Monas, Bunderan HI, Gelora Bung Karno orang-orang berkumpul silaturahmi dan menyampaikan pesan kebaikan. Jadi memang Indonesia harus punya ruang khusus untuk menampung 5 juta orang. Dataran dengan luas lahan 5 juta meter persegi. 1 meter persegi bisa menampung 4 sampai 5 orang berdiri. Ruang terbuka hijau yang ada fasilitas toilet bersih. Bayangkan 411, 212, dan Nusantara Bersatu itu semua berurusan dengan kumpulan massa.”
“Jutaan orang berkumpul berpotensi rusuh. Tapi Monas 212 menjawab persoalan ini. Datang bersih pulang bersih, Bang Iwan sepakat?”
Iwan Fals :
“Saya menyaksikan sebuah pertunjukan tentang kesabaran. Begitu banyaknya orang hebat, orang sabar. Syarat kemenangan adalah menaklukan diri sendiri karena musuh kita adalah diri kita sendiri. Selamat berjuang kawan, bongkar. Ini menunjukan makin cerdas, makin hebat dan latihan sabar agar lebih kuat. Dan sebagai muslim saya percaya dengan Rukun Iman tentang takdir baik takdir buruk.”
“Bang Iwan soal pilkada DKI mendukung Ahok, benarkah?”
Iwan Fals :
“Orang suka punya asumsi. Saya selalu ditarik-tarik ke politik. Dan bukan hanya sekarang Pilkada DKI, Pilpres 2014 pun demikian. Dari jaman-jamannya 3 partai pun demikian. Saya sudah katakan saya warga
Tulisan di situs iwanfals.co.id ini perlu redaksi portalpiyungan.co sebarkan untuk menanggapi kesalahpahaman tentang Iwan Fals selama ini.
***
Sabtu siang (3/12) Iwan Fals memberikan keterangan tentang situasi yang berkembang saat ini.
“Bagaimana pendapat Bang Iwan tentang Monas 212?”
Iwan Fals :
“Luar biasa, saya harus mengatakan ini dan saya lega. Gelombang cinta gelombang kesadaran merobek langit yang mendung menyongsong hari esok yang lebih baik. Masyarakat dan aparat kita siap dan waspada. Bohong kalau masyarakat Indonesia bodoh. Bohong kalau masyarakat kita nggak dewasa. Saat saya di Semarang (30/11), undangan Pangdam IV Diponegoro Mayjen TNI Jaswandi saya suarakan soal NKRI. Indonesia seperti pelangi, beraneka ragam warna tapi satu. Jati diri kita sebagai bangsa tetap kokoh dalam keberagaman. Lantas bangsa Cina, lantas bangsa Arab, lantas bangsa Eropa, India dan bangsa-bangsa lainnya tinggalkan jejak di sini dan ingin kembali ke sini.”
“Kabar Monas 212 dihadiri jutaan manusia. Bang Iwan punya ide tentang konser 4 juta penonton. Apa reaksi Bang Iwan menyaksikan fenomena ini?”
Iwan Fals :
“Soal jutaan manusia kemarin di Monas 212, saya merinding, takjub, dan Alhamdulillah. Saya nggak ada beban lagi. Indonesia Raya sudah dinyanyikan lebih banyak dari Bangladesh, walaupun 1 stanza. Soal ide konser 4 juta penonton, saya dan manajemen bersama NET TV pernah berhitung ini. Monas, Bunderan HI, Gelora Bung Karno orang-orang berkumpul silaturahmi dan menyampaikan pesan kebaikan. Jadi memang Indonesia harus punya ruang khusus untuk menampung 5 juta orang. Dataran dengan luas lahan 5 juta meter persegi. 1 meter persegi bisa menampung 4 sampai 5 orang berdiri. Ruang terbuka hijau yang ada fasilitas toilet bersih. Bayangkan 411, 212, dan Nusantara Bersatu itu semua berurusan dengan kumpulan massa.”
“Jutaan orang berkumpul berpotensi rusuh. Tapi Monas 212 menjawab persoalan ini. Datang bersih pulang bersih, Bang Iwan sepakat?”
Iwan Fals :
“Saya menyaksikan sebuah pertunjukan tentang kesabaran. Begitu banyaknya orang hebat, orang sabar. Syarat kemenangan adalah menaklukan diri sendiri karena musuh kita adalah diri kita sendiri. Selamat berjuang kawan, bongkar. Ini menunjukan makin cerdas, makin hebat dan latihan sabar agar lebih kuat. Dan sebagai muslim saya percaya dengan Rukun Iman tentang takdir baik takdir buruk.”
“Bang Iwan soal pilkada DKI mendukung Ahok, benarkah?”
Iwan Fals :
“Orang suka punya asumsi. Saya selalu ditarik-tarik ke politik. Dan bukan hanya sekarang Pilkada DKI, Pilpres 2014 pun demikian. Dari jaman-jamannya 3 partai pun demikian. Saya sudah katakan saya warga
Depok Jawa Barat nggak mungkin dukung Ahok. Nggak mungkin juga dukung yang lainnya. Saya mengenal Ahok, saya mengenal Anies Baswedan, saya mengenal SBY. Saya apresiasi kepada orang yang berani berbuat untuk kebaikan. Saya netral kecuali untuk agama, keluarga, negara, kopi, dan followers.”
“Sekarang kabarnya selain tour juga bikin-bikin lagu mempersiapkan album baru?”
Iwan Fals :
“Alhamdulillah saya diberikan ini semua oleh Penguasa Alam Semesta. Sebagai wujud terima kasih maka saya berikan rasa ini. Rasa ini adalah ghirah yang nggak boleh hilang. Rasa ini harus terus diperjuangkan. Saya curahkan ke dalam karya yang mudah-mudahan bermanfaat untuk semua termasuk untuk diri saya sendiri. Album baru ini saya dedikasikan kepada istri saya, Rosana. Saya mengenal Oemar Bakri, saya mengenal Bung Hatta, saya mengenal Sugali, saya mengenal Orang Gila, dan saya buatkan lagu untuk mereka. Istri saya, saya mengenalnya yang dampingi saya, yang besarin anak-anak saya, yang sampai sekarang hidup bersama di rumah ini, masa saya nggak bikinin lagu untuknya, hehehe.”
“Bang Iwan, ini soal polling. Terkesan bercanda, ringan, sederhana tetapi di balik itu semua menyimpan sebuah kajian yang kemudian menjadi analisa yang tidak kalah hebat dengan peneliti sosial yang diakui secara akademis. Tak heran polling Iwan Fals dirindukan oleh banyak pengikut tetapi ada juga yang benci karena dipandang memunculkan polemik. Itu gimana Bang?”
Iwan Fals :
“Saya pengguna twitter membantu saya berhubungan. Saya makhluk sosial. Followers saya tidak sedikit jadi saya anggap ini kelas besar, ini pembelajaran. Polling saya tanpa tekanan tanpa paksaan karena bukan juga sebuah konsultan untuk para petinggi pengambil kebijakan. Ini untuk belajar dan pemetaan. Saya tunjukkan polling yang saya lakukan dan coba kamu teliti.”
Sambil membuka twitter Iwan Fals membahas satu persatu polling yang pernah dilakukan. Polling adalah jejak pendapat maka tidak bisa dikatakan lewat polling Iwan Fals menggiring opini. Bahwa sebuah data objektif tidak selaras dengan keinginan tidak lantas diartikan penggiringan opini. Sama seperti polling tentang lagu baru yang dinyanyikan di Semarang (30/11).
Pertanyaannya adalah pilih mana dari keempat judul lagu ini? NKRI harga mati, Indonesia seksi, Tan Hana Dharma Mangrwa, Rekiblik Ini. Ada 2319 suara masuk yang memilih NKRI harga mati 59%, Indonesia seksi 19%, Tan Hana Dharma Mangrwa 11%, Rekiblik Ini 11%. Jika melihat hasil polling ini maka lagu baru yang belum ada judul ini sesuai pilihan responden adalah NKRI harga mati. Pilihan saya adalah Rekiblik Ini, dan pilihan Iwan Fals adalah Indonesia Seksi.
Ternyata, polemik muncul karena salah persepsi. Persepsinya mesti diluruskan. Salah paham, dan bahayanya adalah orang salah paham diberi pemahaman yang salah. Itulah data objektif sebuah kenyataan. Dari sini memperoleh bahan untuk kajian dalam pengambilan keputusan. Sekali lagi ditekankan polling Iwan Fals adalah ruang untuk belajar bersama tanpa pesanan tanpa tekanan.
Leuwinanggung, (5/12).
Penulis : Syaiful Ramadlan
Editor : Rosana Listanto
Link: http://www.iwanfals.co.id/article/journal/170-ini-kelas-besar-ini-pembelajaran
“Sekarang kabarnya selain tour juga bikin-bikin lagu mempersiapkan album baru?”
Iwan Fals :
“Alhamdulillah saya diberikan ini semua oleh Penguasa Alam Semesta. Sebagai wujud terima kasih maka saya berikan rasa ini. Rasa ini adalah ghirah yang nggak boleh hilang. Rasa ini harus terus diperjuangkan. Saya curahkan ke dalam karya yang mudah-mudahan bermanfaat untuk semua termasuk untuk diri saya sendiri. Album baru ini saya dedikasikan kepada istri saya, Rosana. Saya mengenal Oemar Bakri, saya mengenal Bung Hatta, saya mengenal Sugali, saya mengenal Orang Gila, dan saya buatkan lagu untuk mereka. Istri saya, saya mengenalnya yang dampingi saya, yang besarin anak-anak saya, yang sampai sekarang hidup bersama di rumah ini, masa saya nggak bikinin lagu untuknya, hehehe.”
“Bang Iwan, ini soal polling. Terkesan bercanda, ringan, sederhana tetapi di balik itu semua menyimpan sebuah kajian yang kemudian menjadi analisa yang tidak kalah hebat dengan peneliti sosial yang diakui secara akademis. Tak heran polling Iwan Fals dirindukan oleh banyak pengikut tetapi ada juga yang benci karena dipandang memunculkan polemik. Itu gimana Bang?”
Iwan Fals :
“Saya pengguna twitter membantu saya berhubungan. Saya makhluk sosial. Followers saya tidak sedikit jadi saya anggap ini kelas besar, ini pembelajaran. Polling saya tanpa tekanan tanpa paksaan karena bukan juga sebuah konsultan untuk para petinggi pengambil kebijakan. Ini untuk belajar dan pemetaan. Saya tunjukkan polling yang saya lakukan dan coba kamu teliti.”
Sambil membuka twitter Iwan Fals membahas satu persatu polling yang pernah dilakukan. Polling adalah jejak pendapat maka tidak bisa dikatakan lewat polling Iwan Fals menggiring opini. Bahwa sebuah data objektif tidak selaras dengan keinginan tidak lantas diartikan penggiringan opini. Sama seperti polling tentang lagu baru yang dinyanyikan di Semarang (30/11).
Pertanyaannya adalah pilih mana dari keempat judul lagu ini? NKRI harga mati, Indonesia seksi, Tan Hana Dharma Mangrwa, Rekiblik Ini. Ada 2319 suara masuk yang memilih NKRI harga mati 59%, Indonesia seksi 19%, Tan Hana Dharma Mangrwa 11%, Rekiblik Ini 11%. Jika melihat hasil polling ini maka lagu baru yang belum ada judul ini sesuai pilihan responden adalah NKRI harga mati. Pilihan saya adalah Rekiblik Ini, dan pilihan Iwan Fals adalah Indonesia Seksi.
Ternyata, polemik muncul karena salah persepsi. Persepsinya mesti diluruskan. Salah paham, dan bahayanya adalah orang salah paham diberi pemahaman yang salah. Itulah data objektif sebuah kenyataan. Dari sini memperoleh bahan untuk kajian dalam pengambilan keputusan. Sekali lagi ditekankan polling Iwan Fals adalah ruang untuk belajar bersama tanpa pesanan tanpa tekanan.
Leuwinanggung, (5/12).
Penulis : Syaiful Ramadlan
Editor : Rosana Listanto
Link: http://www.iwanfals.co.id/article/journal/170-ini-kelas-besar-ini-pembelajaran
**| republished by Lentera Kabah
Lentera Kabah
Tidak ada komentar