Kepemimpinan Muhammadiyyah menunjukkan kelasnya sebagai organisasi Islam pembela umat dan nilai-nilai kebangsaan.
Sejak awal didirikan pada 1912, Muhammadiyyah dikenal sebagai organisasi yang konsisten dengan reformasi kegamaan (tajdid), pendidikan dan pembelaan kaum lemah.
Pada era kepemimpinan Din Syamsudin, Muhamadiyyah memelopori jihad konstitusi untuk mengembalikan Indonesia ke jalur yang dicitakan para founding fathers dengan melakukan judicial review atas sejumlah UU ke Mahkamah Konstitusi.
Sementara di bawah kepemimpinan Haedar Nashir, Muhamadiyyah melakukan gebrakan yang lebih membumi dan merefleksikan cita-cita gerakan ini sejak mula didirikan. Dimulai dengan menempuh pilihan sulit untuk membela Siyono, tertuduh 'teroris' yang dianiaya hingga tewas oleh Densus 88, di saat media dan para intelektual alergi untuk sekedar memprotesnya.
Sejak awal didirikan pada 1912, Muhammadiyyah dikenal sebagai organisasi yang konsisten dengan reformasi kegamaan (tajdid), pendidikan dan pembelaan kaum lemah.
Pada era kepemimpinan Din Syamsudin, Muhamadiyyah memelopori jihad konstitusi untuk mengembalikan Indonesia ke jalur yang dicitakan para founding fathers dengan melakukan judicial review atas sejumlah UU ke Mahkamah Konstitusi.
Sementara di bawah kepemimpinan Haedar Nashir, Muhamadiyyah melakukan gebrakan yang lebih membumi dan merefleksikan cita-cita gerakan ini sejak mula didirikan. Dimulai dengan menempuh pilihan sulit untuk membela Siyono, tertuduh 'teroris' yang dianiaya hingga tewas oleh Densus 88, di saat media dan para intelektual alergi untuk sekedar memprotesnya.
Muhammadiyah tampak pula menjadi bagian dari arus umat untuk menyeret 'seorang' Ahok yang tampak kebal hukum karena didukung persekutuan politik dan ekonomi yang super kuat.
Muhammadiyyah juga mendesak pemerintah Indonesia bersikap tegas atas aksi genosida minoritas Muslim oleh junta militer Myanmar. Bagi saya, prinsip "sovereignty' dan "non interference" ASEAN tidak berlaku lagi atas rejim miskin yang melanggar HAM dan tidak menghormati kemanusiaan di dekat halaman rumah kita, Indonesia.
Saya menengarai bahwa KEMANDIRIAN ekonomi dan sosial adalah kapital (modal) terbesar Muhamadiyyah hingga sampai kepada sikap dan tindakan seperti sekarang ini. Gerakan ini tidak perlu bernegosiasi untuk mendapatkan 1 hingga 5 milyar untuk sebuah sikap keberagamaan dan kebangsaan. Atau bahkan lebih dari itu.
Saya tidak lahir dan tumbuh dalam tradisi Muhamadiyyah, namun saya menyimak dan mengapresiasinya. Semangat kebangsaan dan kebinekaan telah ada dalam pikiran dan tindakan anda, melampaui mereka yang memanipulasi isu tersebut dan hanya berhenti pada aksesorisnya.
Lanjutkan terus perjuangan anda untuk umat dan bangsa.
Ahmad Dzakirin
(Penulis Buku)
___
NB (admin): Ketua Umum PP Muhammadiyah betul-betul sesuai namanya Haedar Nashir = Singa Penolong.
**| republished by Lentera Kabah
Lentera Kabah
Tidak ada komentar