Roma. Kota kuno nan cantik itu begitu tersohor dibelahan dunia. Ibu kota negara Republik Italia ini menjadi pusat agama Katholik. Tepatnya di Vatikan, kebijakan keagamaan umat Katholik terpusat di sana.
Namun siapa yang mengira, ternyata kota yang identik dengan Katholik itu memiliki sebuah masjid megah yang berdiri sejak lama, yaitu Masjid Agung Roma, atau yang biasa disebut “Grande Moschea Masjid”.
Masjid ini menjadi simbol toleransi keberagamaan di Italia. Letaknya di Basilica, Santo Paulus Roma, persisi bersebelahan dengan Vatikan dan Sinagog Yahudi.
40.000 Jama’ah
Berdiri di atas lahan seluas 30 ribu meter persegi, masjid yang menjadi kebanggaan umat Islam Italia bahkan dunia ini mampu menampung sekitar 40.000 jama’ah. Lebih mengangumkan lagi, masjid ini merupakan masjid terbesar di daratan Eropa.
Keberadaan masjid di tengah kota Roma itu tak terlepas dari jasa almarhum Raja Faisal bin Abdul Aziz Al-Saud, pemimpin Arab Saudi, yang meninggal pada 1975. Kala itu, Raja Faisal meminta kepada Presiden Giovanni Leone, yang menjabat presiden Republik Italia ke-6 sejak tahun 1971-1978, untuk membangun masjid bagi umat Islam Roma. “Sudah seharusnya Roma memiliki sebuah masjid, lantaran saat itu, tahun 1970-an, terdapat sekitar 40 ribu muslim,” kata Raja Faisal kala itu (Puluhan tahun sebelumnya terjadi imigrasi muslim besar-besaran dari negara-negara Asia untuk mencari penghidupan yang lebih baik).
Lebih jauh, menurut Raja Faisal, rencana pembangunan masjid itu, selain sebagai tempat ibadah dan kegiatan umat Islam di Italia, juga bisa dimanfaatkan untuk menjalin hubungan akrab serta dialog antara umat Islam dan Kristen.
Presiden Leone menyambut baik usulan Raja Faisal. Ia berjanji akan menyediakan tanah untuk pembangunan masjid itu.
Maka, tepat pada tahun 1975, Presiden Leone mulai merealisasikan janjinya. Bersama Wali Kota Roma, Giulio Carlo Argan, ia menyumbangkan tanah seluas 30 ribu meter persegi yang kepada Pusat Kebudayaan Islam di Italia utuk dibangun sebuah masjid.
Namun, karena terjadi suksesi kepemimpinan di Italia, pembangunannya baru dimulai pada tanggal 11 Desember 1984. Peletakan batu pertama pembangunan Masjid Agung Roma dilakukan oleh Presiden Italia saat itu, Alessandro Pertini. Pembangunan baru selesai 11 tahun kemudian, tepatnya tanggal 21 Juni 1995.
Pertemuan dua Budaya
Masjid Agung Roma disebut-sebut sebagai masjid terindah di Eropa. Dari kawasan Lembah Tiber, masjid itu tampak menjulang tinggi menyaingi Montenne Mountain, sebuah bukit yang sangat subur di utara kota Roma.
Arsitek terkenal Italia, Paolo Portoghesi, dipercaya mendesain masjid ini setelah menyisihkan 40 arsitek lainnya dalam seleksi yang dilakukan Wali Kota Roma, Giulio Carlo Argan, bersama arsitek Avio Mattiozzi pada tahun 1975. Portoghesi juga dosen sejarah arsitek di Universitas Roma.
Menyadari tanggung jawabnya sangat besar dalam mengemban tugas membangun masjid di negeri itu, ia pun mempelajari sejarah Islam untuk memahami arsitektur Islam, bahkan ia pun mempelajari terjemahan Al-Quran. Tidak hanya itu, demi mendapatkan sumber yang lebih akurat, ia juga melakukan penelitian langsung ke Yordania, Sudan, Tukia, Mesir, dan Tunisia.
Sejak itulah, tepatnya pada tahun 1970-an, ia mulai mengenal arsitektur Islam, dan siap untuk mendesain masjid megah kebanggaan umat Islam.
Portoghesi mendesain masjid berarsitektur Islam klasik berpadu gaya Eropa. Gaya Islam-nya, ia terinspirasikan Al-Quran surah An-Nur, yang berarti “cahaya”. Sedang gaya Eropa-nya, karena ia ingin melestarikan seni bangun negerinya.
Masjid ini memiliki enam belas kubah ditambah sebuah kubah besar di tengah yang atasnya dihiasi bulan sabit, simbol Islam. Desain interior kubahnya saling silang. Dan menjadi ciri khas masjid ini.
Teknik semen bersilang membuat bagian-bagian lengkungan tersebut terlihat begitu apik, menyimbolkan pertemuan dua kebudayaan: Islam dan Eropa.
1,030 Juta Muslim di Italia
“Sukses membangun masjid ini telah memberikan kebahagiaan tersendiri buat saya. Selama mendedikasikan diri saya dalam seni arsitektur 20 tahun, baru kali ini saya bisa mewujudkan karya bangunan arsitektur abad lalu yang menggambarkan keindahan dan kedamaian begitu rupa,” kata Portoghesi.
Rancangan ruang utama masjid, Portoghesi terinspirasikan dari arsitektur Islam klasik. Ruang ibadahnya didesain begitu luas, berbentuk persegi.
Sementara untuk ruang ibadah wanita, dibangun dua balkon di dua sisi ruang utama.
Untuk mendekorasi interior ruang utama masjid, arsitek yang juga pernah merancang Masjid Agung Strasbourg di Prancis ini mendatangkan sejumlah pengrajin tangan ahli dari Maroko. Menggambar berbagai mosaik yang membatasi balkon, relung, dan basis-basis lajur. Lajur-lajur yang didesain Portoghesi mengikuti motif klasik dari tipe lengkungan seperti yang ada di sebagian besar masjid kuno. Pola mosaik yang indah terdapat di lantai atas.
Masjid karya Portoghesi ini juga tampak megah dengan adanya pilar-pilar pada bagian dalam dan luar bangunan utama setinggi 40 meter. Pilar-pilar masjid ini terlihat berbeda dengan pilar-pilar masjid-masjid yang ada di negara-negara Islam lainnya. Perbedaan itu terlihat pada bagian menara masjid yang memiliki bentuk semacam palem di hutan Maghribi, Maroko. Ada sekitar 186 pilar di bagian luar, 32 pilar di bagian dalam, dan dua buah menara yang tegak terpisah dari bangunan utama masjid. Terpisahnya menara itu dapat dipandang sebagai sebuah tugu, yang biasanya ditempatkan di ujung jalan-jalan kota Roma. Ini mewarisi gaya Eropa.
Kemegahan bangunan masjid ini juga bisa dilihat pada dekorasi lantai masjid, yang terdiri dari beraneka warna dan memiliki motif geometris yang berbentuk bintang. Adapun bahannya terbuat dari marmer, batu alam, dan batu bata khas Roma.
Halaman sekitar bangunan masjid disulap menjadi taman yang indah dilengkapi dengan air mancur yang jernih. Pohon palem, cemara, dan beberapa jenis pohon lainnya menutupi sekitar area masjid, menciptakan suasana teduh. Jalan-jalan kecil setapak dibuat di sekitar lokasi taman untuk memudahkan para pengunjung yang hendak menikmati keindahan taman masjid.
Portoghesi melihat arsitektur Islam sebagai hal yang begitu luhur, sehingga ia memaksimalkan potensi yang dimilikinya untuk medesain Masjid Agung Roma.
Kini, masjid megah itu menjadi kebanggaan 1,030 juta muslim di Italia. Ya, saat ini tercatat warga muslim menjadi pemeluk agama terbesar kedua di Italia setelah Katholik.
Bazar Ramadhan
Pada bulan Ramadhan seperti sekarang ini, Masjid Agung Roma tidak berbeda seperti masjid pada umumnya, lebih ramai dan bergeliat memainkan peranya sebagai pusat peribadahan. Setiap waktu shalat, umat Islam Italia berbondong-bondong mendatangi masjid itu, mengikuti shalat berjama’ah. Berbagai ibadah sunnah Ramadhan pun begitu hidup, seperti tilawah, qiyamu al-lail, i’tikaf.
Begitu juga menjelang waktu berbuka puasa. Muslim Italia memilih ngabuburit di lingkungan masjid. Mempelajari berbagai sejarah Islam yang digelar pengurus masjid, atau sekadar menikmati keindahan dan kemegahan masjid. Bahkan tidak sedikit di antara mereka yang memilih berbuka dengan ta’jil yang disediakan panitia, berlanjut dengan melaksanakan ibadah-ibadah lainnya. “Kami memilih melakukan shalat lima waktu, Tarawih, serta shalat berjama’ah lainnya di masjid ini, lantaran kami ingin merasakan suasana Ramadhan di Yaman, seraya mengobati rindu,” demikian kata Dr. Abdul Wali Asy-Syamiri, imigran Yaman di Roma.
Memanjakan muslim Italia, pengurus masjid juga mengadakan bazar Ramadhan di halaman masjid dengan berbagai menu Timur Tengah, Asia, dan Italia tentunya. Pedagang-pedagang di sekitar masjid juga ada yang menjual makanan khas Arab, seperti kurma, kismis, manisan.
Begitu antusias umat Islam Italia untuk beribadah di Masjid Agung Roma, sehingga jama’ah yang berasal dari luar kota pun berbondong-bondong datang ke sana untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Terlebih di bulan mulia yang penuh ampunan ini.
Masjid Agung Roma – Italia
Masjid Agung Roma – Italia (foto dari webmastergrade.com) |
Roma atau dalam bahasa Inggris disebut Rome, atau dalam bahasa Arab disebut Rum, nama yang begitu kental dengan kebesaran sejarah Kekaisaran Romawi di masa lalu dan kini di abadikan sebagai nama ibukota Italia. Rum atau Romawi salah satu bangsa yang sejarahnya di sebut sebut dalam Al-Qur’an, namanya pun diabadikan sebagai nama surah ke 30, Surah Ar-Rum, salah satu surat Al-Makiah yang turun sebelum Hijrah-nya Baginda Rosulullah ke Madinah.
Roma dikenal sebagai pusat Agama Katholik, Tahta Suci Vatikan tempat bertahtanya Paus selaku pimpinan tertinggi Ummat Katholik dunia berada di tengah kota ini. Bagaikan suatu yang mustahil bagi minoritas muslim Italia untuk mendirikan masjid di kota ini. Benito Mussolini (1883-1945) diktator Italia beraliran Fasis yang berkuasa di Italia dalam periode 1922-1943, bahkan terkenal dengan ketipan ucapannya tentang pembangunan masjid di kota Roma “Tak kan ada masjid di Roma, selama tak ada Gereja di Mekah”.
Lihat Peta Lebih Besar
Terima kasih kepada google maps dengan aplikasi street view-nya seperti terlihat di atas membuat kita dapat turut menikmati keindahan masjid ini seolah berdiri di depannya.
Lima puluh tahun setelah kematian Mussolini, ummat Islam di kota Roma ahirnya memiliki sebuah masjid megah dan menjadi salah satu masjid terbesar di Eropa, lengkap dengan segala fasilitas penunjangnya. Masjid Agung Roma diresmikan penggunaannya pada tanggal 21 Juni 1995, setelah melalui proses panjang yang teramat melelahkan selama 20 tahun, dihitung sejak tahun 1974 ketika pertama kali lahan untuk pembangunan masjid ini diperoleh dari dewan kota Roma atas lobi lobi intensif Raja Faisal dari Arab Saudi kepada Presiden Giovanni Leone (presiden Italia ke-6, menjabat tahun 1971-1978).
Kedutaan Besar Italia di Jakarta pernah menggelar pameran foto tentang Masjid Roma (La Moschea di Roma) ini di Pusat Kebudayaan Italia (Instituto Italiano di Cultura) Jakarta pada 11 Agustus ~ 19 September 2009 dan di Surabaya 24 Agustus – 14 September 2009 dalam upaya memperkenalkan arsitektural dan budaya Islam Italia kepada masyarakat Indonesia, mengingat Indonesia merupakan salah satu negara yang turut mendanai pembangunan Masjid tersebut bersama 23 Negara Islam lainnya dengan Saudi Arabia sebagai penyandang dana terbesar.
Lokasi dan Alamat Masjid Agung Roma
Mosque of Rome
Viale della Moschea, 85, 00100 Roma, Italia
Lihat Peta Lebih Besar
Masjid Agung Roma berada di utara kota Roma. Berjarak sekitar 5 kilometer dari inti kota yang paling bersejarah di kota Roma. Berada di distrik Parioli yang merupakan kawasan bangunan bangunan apartemen hunian menengah ke atas yang dibangun diantara tahun 1950 hingga 1970-an. Letak persisnya berada di ujung taman Villa Ada Park yang luas yang terdiri dari gunung Monte Antenne yang sangat lekat dengan legenda masa lalu terkait dengan sejarah pendirian kota Roma.
Kawasan tempatnya berdiri juga merupakan bagian dari kawasan bersejarah meskipun cukup jauh dari pusat kota. Villa Ada Park merupakan tempat tinggal keluarga kerajaan Italia di masa lalu, sedangkan gunung Monte Antenne dipercaya sebagai lokasi dari kota Sabian para Antenat yang kemudian ditaklukkan oleh pendiri kota Roma, Romulus.
Lihat Peta Lebih Besar
Dengan posisi 45 derajat terlihat bangunan masjid ini secara utuh dari ketinggian “mata di udara”
Sejarah Islam di Roma
Sentuhan Awal Roma dan Islam
Kebesaran kekaisaran Romawi telah terdengar hingga ke semenanjung Arabia di zaman Rolullullah. Imam Tirmizi mengetengahkan sebuah hadis melalui Abu Said yang menceritakan, bahwa ketika perang Badar meletus orang-orang Romawi mengalami kemenangan atas orang-orang Persia. Maka hal itu membuat takjub orang-orang Mukmin, hal tersebut yang kemudian menjadi sebab musabab turunnya surah Ar-Rum Ayat 1 ~ 5. 1.
“Alif Laam Miim, Telah dikalahkan bangsa Rumawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.(QS 30 :1-5)
Interior Masjid Agung Roma – Italia (foto dari a10.eu) |
Sejarah mencatat bahwa pasukan islam dibawah pimpinan halifah Abu Bakr Ash-Shiddiq, pernah melakukan perang dengan kerajaan Romawi, menaklukkan wilayah Romawi di negeri Syam (kini Suriah dan sekitarnya). Disinilah kelihaian Khalid bin Al-Walid terlihat dalam membuat strategi perang sehingga memenangkan peperangan, mengalahkan pasukan kerajaan Romawi yang berjumlah 240 ribu personel
Sedangkan masuknya islam, menguasai kepulauan Sisilia sampai ekspedisi ke Italia utara pada abad ke 8. Bahkan sampai ke kota Roma, terjadi saat pasukan muslim dari Afrika utara. Sayangnya invasi pasukan Muslim ini kurang intensif. Sehingga daratan Italia lepas dari tangan pasukan muslim. Pada tahun 1300 merupakan kehancuran benteng pertahanan Islam terakhir di Lucera, Puglia, sehinga Islam hampir tidak ada lagi di Italia sejak zaman penggabungan negara di tahun 1861 hingga tahun 1970-an.
Masjid Agung Roma (foto dari docphotos.smugmug.com) |
Islam kembali ke Roma
900 tahun kemudian, Islam kembali ke Roma dan Italia, dibawa oleh para pekerja, pedagang, pelajar dan mahasiswa yang berimigrasi kesana. Sebagian besar dari mereka adalah imigran dari Afrika utara, Albania, Bosnia, Turki, Arab dan dari negara Islam lainnya. Kebanyakan mereka tinggal di pulau Sisilia, Roma, Milan, Turin dan kota-kota besar lainnya. Bahkan Gelombang imigran muslim pun terus bertambah dan mereka berbaur dengan masyarakat setempat.
interior Masjid Agung Roma (foto dari uploadimages4free.com) |
Sejarah Masjid Agung Roma
Sebagaimana disebutkan dalam laporan ahir arsitek sekaligus konsultan pembangunan Masjid Agung Roma, Sami Maosawi untuk Aga Khan Award for Architecture pada tanggal 6 Januari 1998, pembangunan Masjid Agung Roma merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi muslim Roma begitupun bagi para pembangunnya, mengingat signifikansi sejarah kota Roma hingga menyangkut masalah sosial dan politik disana, menjadikan pembangunan masjid ini menyita begitu banyak perhatian dari berbagai pihak baik yang pro maupun konta.
staticflickr.com |
Sebelum masjid Roma dibangun, komunitas muslim di Kota Roma melaksanakan aktivitas sholat berjama’ah di gedung gedung apartemen sewaan untuk termasuk untuk kegiatan kegiatan budaya. Sebuah cerita yang berkembang di tengah masyarakat dalam periode 1920-an ketika Mussolini di tanyakan tentang kemungkinan untuk membangun masjid di kota Roma, Mussolini yang memang biangnya rasisme itu menjawab “bila mereka mengizinkan saya membangun gereja di kota Mekah, maka saya akan setuju (mereka membangun masjid di kota Roma)”.
Menlu Italia Gianfranco Fini (kiri) disambut oleh tokoh muslim saat beliau mengunjungi Masjid Agung Roma 18/2/2006 (foto dari biyokulule.com) |
Keinginan untuk membangun masjid di kota Roma semakin menguat di tahun 1972. Duta besar dan perwakilan berbagai negara islam di Italia bersama sama dengan perwakilan komunitas muslim setempat melakukan pendekatan kepada presiden Italia bagi pembangunan Masjid Agung Roma / Centro Islamico Culturale d’Italia di kota tua Roma. Tujuan utama dari pembangunan pusat kebudayaan Islam tersebut juga dimaksudkan sebagai sarana bagi forum dialog internasional yang menjembatani Islam dengan dunia barat.
Kubah utama Masjid Agung Roma (foto dari chayachitrakar ) |
Dewan Direktur kemudian meminta kedua firma Arsitek tersebut untuk bekerjasama merancang merancang proyek pembangunan Masjid Agung dan Pusat Kebudayan Islam Roma. Hasil rancangan kedua firma arsitek kawakan tersebut disetujui oleh Dewan Direktur Pusat Kebudayaan Islam pada bulan Oktober 1976. Di bulan Februari 1979 rancangan ahir masjid tersebut disetujui oleh dewan kota Roma dengan berbagai perubahan termasuk mengurangi luasan ruang sholat utama, mengurangi ukuran kubah utama yang ahirnya dibuat sebuah kubah utama yang dikelilingi rangkaian kubah kubah kecil.
Kepala Rabi kota Roma Riccardo Shmuel Di Segni dalam sebuah kunjungan ke Masjid Agung Roma 13/03/2006 (foto 30giorni.it) |
Paolo Portoghessi/vittorio Gigliotti ditunjuk ulang sebagai pengawas pelaksanaan pembangunan sedangkan Sami Maosawi bertindak sebagai konsultan. Keseluruhan proses pembangunan selesai dilaksanakan pada bulan Januari 1995. Keseluruhan proyek pembangunan tersebut menghabiskan dana sebesar L 59 Milyar Lira Italia atau sekitar L 3 juta Lira untuk setiap meter perseginya.
Keseluruhan dana pembangunan tersebut ditanggung bersama 24 negara Islam yaitu : Algeria, Uni Emirat Arab, Bahrain, Bangladesh, Brunei, Mesir, Indonesia, Iraq, Jordania, Kuwait, Libya, Malaysia, Mauritania, Maroko, Oman, Pakistan, Qatar, Saudi Arabia, Senegal, Sudan, Tunisia, Turki, dan Yemen. Saudi Arabia memberikan kontribusi terbesar bagi pendanaan proyek pembangunan tersebut. Upacara peresmian dilaksanakan pada 23 Muhharam 1416 H atau bertepatan dengan tanggal 21 Juni 1995 dihadiri oleh Presiden Italia Oscar Luigi Scalfaro, ummat Islam dan tokoh masyarakat Roma, serta perwakilan negara negara Islam yang ada di Italia.
Arsitektural Masjid Agung Roma
Masjid Agung Roma dari Udara (foto dari archnet.org) |
Keseluruhan Fasilitas Pusat Kebudayaan Islam ini dibangun berupa bangunan gedung memanjang dua lajur di belakang bangunan masjid menghasilkan garis latar horizontal antara masjid Gunung Monte Antenne. Dua garis tersebut kemudian menumpuk untuk mengakomodir sisi sisi lengkungan kubah dan bangunan masjid, dan di lengkapi dengan halaman tengah diantara keduanya. Sisa lahannya yang luas di gunakan sebagai lahan parkir dan area taman yang kemudian juga ditanami dengan 100 batang pohon Pinus Roma yang di budidayakan dewan kota Roma dari Gunung Monte Antenne.
Sitem pencahayaan alami di dalam masjid agung Roma menjadi salah satu nafas rancangan Porttogeshi dan Sami Masauwi (foto dari archnet.org) |
Bangunan masjid yang menjadi focal point dari komplek ini dibangun berdenah segi empat sebagai sebuah aula besar dengan kubah utama, dengan beberapa lorong dan pekarangan luar yang digunakan sebagai penghubung antara ruang sholat utama dengan aktivitas kebudayaan di sekitarnya. Dalam sebuah simposium tentang arsitektural Italia terkini yang diselenggarakan di London pada tahun 1991, Potoghesi menjelaskan konsep tak biasa yang dipakainya dalam merancanga pilar pilar di Masjid Agung Roma.
Simbolik pepohonan dengan rangkaian batang dan ranting benar benar tercermin dalam interior Masjid Agung Roma, Pertemuan masing masing ujung dahan yang kemudian membentuk kanopi sebagai bentuk begitu beragam nya ummat Islam dunia namun dalam satu nafas islam (foto dari 30giorni.it) |
Rangkaian pilar di dalam Masjid Agung Roma ini seolah olah sebagai deretan pohon pohon kurma dengan pelepah pelepahnya yang menjulur lalu daun daunnya yang kemudian membentuk sebuah kanopi melindungi bagian bawahnya dari sinar matahari. Rangkuman dedaunan yang membetuk kanopi tersebut menyatu menjadi sebuah kubah besar yang kemudian di bangun dengan teknik yang sama dengan pembangunan sebuah teknik pembangunan gedung gedung zaman Romawi Kuno.
Muslimah yang sedang berkumpul di Masjid Agung Roma di Bulan Romadhon, 5 September 2008 (foto dari aliraqi.org) |
Masjid Agung Roma Dalam Angka
Luas lahan 29.915 meter persegi
Luas Bangunan : 19.708 meter persegi
Islamic Center : 19.592 meter persegi
Bangunan tambahan : 3.116 meter persegi
Dana Pembangunan : 15 Milyar Lira Italia
Kapasitas Ruang Sholat Utama : 2000 Jemaah
Kapasitas Ruang Sholat khusus wanita : 500 jema’ah
Kapasitas Ruang Konfrensi : 400 tempat duduk
Kapasitas Raung Banquet : 250 orang
Kapasitas Ruang Mushola : 150 jemaah
Aktivitas Masjid Agung Roma
Rangkaian interior di bawah kubah utama Masjid Agung Roma yang membentuk bintang segi delapan ini yang kemudian dijadikan Logo Masjid Agung Roma (foto dari archnet.org) |
Sekelompok kecil komunitas muslim kota Roma termasuk korp diplomatic dan para perwakilan Negara Negara sahabat untuk Italia dan Vatikan. Setidaknya adalah 23 negara yang turut ambil bagian dalam pendanaan pembangunan masjid ini. duta besar Negara negar Islam menempati 11 dari 13 kursi dewan administrasi Masjid dan Pusat Kebudayaan Islam tersebut, dan dua kursi sekretaris Jenderal dijabat oleh perwakilan Persatuan Mahasiswa Muslim di Italia.
Masjid Agung Roma dari Arah Pelataran (foto dari socrate.deviantart.com) |
Sebagai tambahan bahwa pusat kebudayaan Islam dan Masjid Agung Roma telah menjadi sebuah etalase yang dengannya warga kota Roma dapat mengerti dan memahami atau setidaknya mendapatkan imformasi tentang Islam sebagai sebuah agama dan Peradaban. Masjid dan Pusat Kebudayaan Roma terbuka untuk kunjungan umum dua kali dalam sepekan dengan tingkat kunjungan mencapai dua ribu hingga tiga ribu pengunjung perbulan. Komplek ini juga telah menjadi salah satu tujuan wisata penting kota Roma dan sudah dimasukkan dalam peta panduan Wisata resmi kota Roma seperti pada the Michelin Tourist Guide.
Sebagian penulis menyebut bentuk atas pilar di masjid Agung Roma ini sebagai simbolisasi tangan tangan hamda Allah yang sedang menengadah (foto dari flickr.com) |
Pada mulanya warga kelas menengah ke atas pemukim di sekitar lokasi masjid Agung Roma, menolak dengan keras kehadiran pusat Islam ini di lingkungan mereka,namun seiring dengan berjalannya waktu warga setempat kini tidak saja telah menerima dengan baik kehadiran Masjid disana namun juga telah berkembang menjadi sebuah rasa kebanggaan baru atas kehadirannya. Sebagaimana dimuat dalam majalah lokal Parioli Pocket terbitan 15 Oktober 1992 mempublikasikan artikel yang sangat positif terkait keberadaan Masjid dan Pusat Kebudayaan Islam di lingkungan mereka. Dan faktanya bahwa Masjid Agung Roma telah menjadi salah satu monument utama yang pernah dibangun di kota Roma selama kurun waktu beberapa dekade ini.
Referensi
archnet.org - Mosque and Islamic Cultural Center
Ikadi.or.id - Masjid Roma, Salah Satu Masjid Terbesar di Eropa
Islamcity.com - The Mosque of Rome
shvoong.com – sejarah panjang masuknya islam di Roma - Italia
republika.co.id - Masjid Agung Roma: Simbol Toleransi di Jantung Katolik
romethesecondtime.blogspot.com – europes-largest-mosque-in-rome
wikipedia.org - Islam_in_Italy
wikipedia.org - Mosque_of_Rome
Bujanglanang.multiply.com - Masjid di kota Roma
singgahkemasjid.blogspot.com - Menonton Masjid Terbesar Eropa di Instituto Italiano di Cultura
thegulfblog.com - Newt Gingrich’s Mussolini moment
nytimes.com - Rome Journal; A Mosque Is Built, Finally, in the City of St. Peter
sharonchadha.blogspot.com - A mosque in Rome so why not a church in Mecca?
nytimes.com - after-20-years-a-mosque-opens-in-catholicism-s-back-yard
**| republished by Lentera Kabah
Lentera Kabah
Tidak ada komentar