SIKAPNYA tenang dan raut wajahnya penuh senyum ketika Islampos.com menyapa pemuda berusia 24 tahun asal Myanmar ini. Salam kami dijawabnya dengan penuh kehangatan, seolah-olah kami adalah saudaranya yang sudah lama tidak bersua.
Kepada Islampos.com, pemuda muslim Rohingya santun ini mengenalkan diri sebagai Nur Hasan bin Jakfar. Dia merupakan bagian dari ratusan manusia perahu asal Myanmar yang diselamatkan oleh nelayan Aceh ketika kapal mereka terombang ambing di laut lepas tanpa perbekalan memadai.
Meski berstatus sebagai pengungsi, Nur Hasan termasuk orang yang cukup dikenal di kalangan relawan kemanusiaan karena sikapnya yang santun serta statusnya sebagai seorang hafizh quran dan menjadi imam shalat lima waktu di kamp pengungsi kKuala Langsa, Aceh.
Namun di balik senyum ramahnya, Nur Hasan masih menyimpan duka apabila harus mengenang kampung halaman serta kedua orang tuanya. Dia beserta rekan-rekan sesama muslim Rohingya lainnya harus terusir dari tanah kelahiran mereka sendiri. Yang lebih tragis, ayah Nur Hasan syahid dipenggal oleh kaum buddha ekstrim saat sedang menunaikan shalat. Sedangkan ibunya masih ada di Rohingya namun nasibnya tidak diketahui.
Wawancara dengan Nur Hasan berlangsung dengan bahasa Arab. Pertanyaan kami ke Nur Hasan langsung ke inti persoalan, apakah benar telah terjadi pembantaian di wilayah Rakhine Myanmar terhadap umat Islam yang dilakukan oleh kaum Buddha ekstrim?
Dengan mata berkaca-kaca menahan tangis, Nur Hasan menjawab, “Wallahi, Buddha qotala muslim kulli yaum. Muslim qolil, muslim laa quwwah.” (Demi Allah, kaum Buddha membunuh umat Islam setiap harinya. Umat Islam sedikit dan tidak punya kekuatan)
“Umm maujud fi Rohingya, abun qotala sholah bissaif ma’a Buddha (ibu saya masih ada di Rohingya sedangkan ayah mati dibunuh buddha dengan pedang ketika sedang shalat),” ujar Nur Hasan sambil memperagakan gerakan mengayunkan pedang, ketika kami bertanya di mana kedua orang tuanya sekarang.
Kami tidak ingin membuat kenangan duka Nur Hasan semakin terbuka mengingat derita muslim Rohingya. Obrolan kami hentikan menyaksikan air mata penghafal quran ini semakin di ujung mata.[fq/islampos]
**| republished by Lentera Kabah
Lentera Kabah
Tidak ada komentar