Pertanyaan:
Saya seorang mahasiswa, 20 tahun. Saya memiliki masalah kepribadian yang cukup serius . Gejala-gejala yang saya alami sangat mirip dengan sosial fobia. Setelah cukup lama akhirnya saya yakin bahwa saya mengidap sosial fobia. Ini saya alami beberapa tahun belakangan ketika masa transisi ke fase remaja yang semasa kecil tidak pernah saya alami . Dengan sosial fobia saya tidak berani berbicara atau tampil di depan umum. Intinya adalah saya tidak mampu menjadi pusat perhatian umum.
Dengan kondisi zaman yang semakin tua pada akhirnya seperti sabda Nabi bahwa orang-orang yang memegang sunah akan tampak asing dan kondisi terasing. Ketika teman-teman di sekitar saya melakukan kebid`ahan saya hanya bisa diam dan menginngkari dalam hati.
Di luar itu masalah ini juga mengganggu aspek akademik saya. Saya merasa terlalu banyak memlilki impian tapi tak mampu berusaha mewujudkannya. Saya ingin menjadi muslim yang kuat dan mengalahkan rasa takut dan ketidakmampuan saya.
Demikian mohon nasihatnya
Dari: Ahmad
Jawaban:
Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarokaatuh.
Terima kasih atas pertanyaan dan kepercayaan Saudara untuk mengirimkan pertanyaan kepada kami, semoga Allah Ta’ala senantiasa melimpahkan keberkahan atas Saudara dan keluarga.
Kondisi fobia sosial (social phobia) yang ditandai dengan perasaan takut dan kecemasan hebat yang berlebihan dan tidak berdasar ketika dihadapkan dengan kondisi sosial tertentu, semisal berbicara di depan umum atau tampil di depan umum lainnya, memang dapat mengganggu fungsi interaksi sosial seseorang, bahkan pada tingkat yang lebih berat, dapat menyebabkan orang tersebut menarik diri secara ekstrim dari pergaulan.
Dari sudut pandang psikiatrik, gangguan ini, apabila menimbulkan dampak yang signifikan pada kehidupan penderitanya, memerlukan terapi perilaku (cognitive-behaviour therapy), melalui bimbingan psikiater, untuk mengenali dan mengendalikan respon ketakutan dan kepanikan tersebut secara bertahap, meminimalisir dampaknya, dan mengatasinya kemudian. Perasaan rendah diri dan ketidakmampuan yang Saudara rasakan juga bisa saja berasal dari ketakutan Saudara akan kegagalan dalam meraihnya, dalam memenuhi harapan Saudara dan orang-orang terdekat Saudara, dan inipun merupakan bentuk dari fobia sosial.
Saran kami, hendaknya Saudara pertama-tama senantiasa mengadukan segala permasalahan Saudara kepada Dzat yang ubun-ubun Saudara berada di tangan-Nya, memohon pertolongan dan jalan keluar dari-Nya semata, dan bertaqwa serta bertawakkal kepada-Nya, kemudian berikhtiar dengan berkonsultasi lebih lanjut dengan psikiater yang ahli di tempat Saudara, untuk memulai terapi ini. Dan karena kondisi fobia sosial cenderung bersifat kronis, maka hendaknya Saudara bersabar untuk menjalani terapi yang mungkin akan memakan waktu lama.
Rasa tertekan saat merasa tidak mampu memperbaiki praktik kebid’ahan yang terjadi di sekitar kita menurut kami bukan hanya Saudara sendiri yang merasakan, dan juga bukan semata dampak dari fobia sosial yang Saudara derita. Semua orang yang telah Allah Ta’ala buka pintu hatinya untuk mengenali kebenaran dan mencintai sunah tentu membenci dan ingin mengingkari kebid’ahan, namun tentunya pengingkaran tersebut bertingkat-tingkat sesuai dengan ilmu dan kemampuan masing-masing orang.
Jika pengingkaran itu tidak tepat, malah justru mendatangkan madharat yang lebih besar bagi dakwah sunah dan orang itu sendiri, maka ini terlarang untuk dilakukan. Jika memang kemampuan Saudara belum sampai pada tahap dapat menasihati dengan bijak dengan keterangan yang berlandaskan Alquran dan sunah, maka sikap mengingkari dengan hati itupun masih tergolong keimanan.
Oleh karena itu, disamping terapi psikiatrik, hendaknya Saudara juga terus berusaha mempelajari ilmu syar’i dengan berkesinambungan dibawah bimbingan para ustadz yang teguh memegang manhaj yang lurus, bergaul dengan teman-teman yang baik, dan mempelajari adab-adab dan tatacara dalam berdakwah dengan baik sehingga kita harapkan, seiring dengan perbaikan kondisi fobia Saudara, Saudara juga memiliki ilmu, kesabaran, dan hikmah dalam berdakwah dan dapat menepis godaan serta was-was setan dalam amar ma’ruf nahi mungkar di lingkungan Saudara.
Semoga Allah Ta’ala memudahkan langkah Saudara dalam kebaikan.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Dijawab oleh dr. Hafid N
**| republished by Lentera Kabah
Lentera Kabah
Tidak ada komentar