DEWASA ini, dunia mengalami peningkatan tingkat diskriminasi hampir di seluruh wilayah. Apakah itu tentang asal, orientasi seksual, identitas, keyakinan agama atau ras pada umumnya. Diskriminasi menemukan jalannya sendiri dengan mengidentifikasi tindakan satu orang untuk kemudian memukul rata seluruh komunitas. Menunggu sebuah insiden agar dapat menjadi alibi kemarahan bahkan jika hal itu didasarkan pada informasi yang salah, misalnya: penembakan Orlando, bagaimana kemudian media memberi headline sebagai teroris Islam. Sementara ia adalah seorang pria gay dengan identitas keturunan seorang Muslim.
Media melakukan upaya yang terbaik untuk mencuci otak mereka, dengan mendengarkan dan menyiarkan gambar yang keliru dari umat Islam. Menciptakan istilah-istilah seperti “Islam radikal” memberi julukan kepada sekitar lebih dari 1,6 miliar orang di seluruh dunia dengan nama “teroris”. Sebuah berita pada beberapa bulan terakhir, menceritakan bahwa ketika polisi masuk ke sebuah apartemen salah satu tersangka insiden Brussels dan menemukan Quran. Pertanyaan pertama yang muncul dalam pikiran adalah:
Apa yang akan media beritakan? Apakah itu berarti bahwa siapa pun yang memiliki Quran di rumah adalah teroris? Dan pada akhirnya jawabannya belumlah ada.
Dengan semua propaganda berita dan serangan terhadap Muslim, sulit untuk mencegah tindakan diskriminatif, tidak hanya terhadap umat Islam, tetapi juga terhadap orang-orang dari ras dan keyakinan lainnya. Sikh banyak diserang, hanya karena bagaimana mereka terlihat, perempuan Yahudi mengenakan tichel atau turban dan pria yang memiliki jenggot lebat memiliki nasib sial yang sama.
Tapi apa itu terorisme? Apakah sebuah kata yang hanya mengacu pada Islam? Berikut ini adalah jawabannya: Terorisme berarti menempatkan ketakutan dan teror di hati makhluk, manusia atau bukan, dengan sebuah cara atau yang lain. Terorisme tidak harus membunuh, mengancam dan menyiksa. Sebagian ahli bahkan mengatakan terorisme itu dimulai pada abad-abad awal, dan itu tidak ada hubungannya dengan agama, tetapi berkorelasi dengan wilayah dan kekuasaan.
Apa yang dilakukan media adalah menempatkan orang dalam kategori dan mengklasifikasikan mereka, sehingga masing-masing kategori memiliki sifat-nya. Jika seseorang memiliki sifat-sifat tertentu, media membela mereka, dan jika tidak, media membuat propaganda tentang mereka dengan membuat alasan seperti kesehatan mental, penindasan, atau masalah emosional. Tidak perlu dikatakan bahwa siapa pun yang melakukan kejahatan seperti penembakan massal, biasanya menderita masalah tersebut diatas, jadi mengapa kita ikut mengkategorikan?
Hal ini mengajarkan kita begitu banyak pelajaran, seperti tidak tergantung pada sumber berita tunggal dan membela kebenaran dengan cara apa pun.
**| republished by Lentera Kabah
Lentera Kabah
Tidak ada komentar