Pertanyaan:
Di antara amalan yang dilakukan oleh sebagian orang bodoh di sekitar kuburan adalah meminta sesuatu, beristighasah, memohon kesembuhan, memohon kemenangan atas musuh mereka, atau pun meminta pertolongan kepada orang yang sudah mati. Hal ini sering kita dapatkan di berbagai negara di penjuru dunia ini, maka bagaimana hukum perbuatan tersebut?
Jawaban:
Amalan ini termasuk syirik besar, yaitu syirik yang dilakukan oleh kaum musyirikan dahulu, seperti kaum Quraisy dan lain sebagainya. Mereka senantiasa menyembah Lata, ‘Uzza, Manat, berhala-berhala, dan patung. Mereka juga beristighasah dan meminta pertolongan kepada sesembahan-sesembahan tersebut, agar mereka dimenangkan atas musuh-musuh.
Hal tersebut sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Sufyan pada waktu perang Uhud, “‘Uzza adalah penolong kami dan ‘Uzza bukan penolong kalian.” Maka, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada para sahabat, “Katakanlah kepada Abu Sufyan, ‘Allah adalah penolong kami dan penolong bagi kalian.’ ”
Abu Sufyan berkata lagi, “Hubal, kalahkanlah!” Maksudnya adalah, “Wahai Hubal, kalahkanlah!” Hubal adalah nama sebuah patung yang disembah oleh kaum Quraisy di Mekkah. Kemudian, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bantahlah Abu Sufyan.” Maka, para sahabat bertanya, “Apa yang harus kami katakan, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Katakanlah, ‘Allah lebih tinggi dan lebih luhur.’ ”
Yang dimaksudkan di sini adalah bahwa meminta sesuatu, beristighasah, memohon kemenangan, menyembelih hewan, bernazar, serta tawaf kepada orang-orang yang sudah mati, patung-patung, bebatuan, pohon, dan makhluk-makhluk lainnya, adalah termasuk syirik besar. Dikarenakan, semua itu jelas termasuk dalam kategori beribadah kepada selain Allah dan perbuatan kaum musyrikin dahulu maupun sekarang. Oleh karena itu, kita semua harus berhati-hati terhadap hal ini, dan (bila kita pernah melakukannya), maka kita harus segera bertobat kepada Allah.
Para ulama dan da’i yang menyeru kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala wajib memberikan nasihat, mengajari, membimbing, dan menjelaskan kepada siapa saja yang mengerjakan perbuatan tersebut, bahwa seperti itulah kesyirikan kaum musyrikin dahulu. Allah telah berfirman tentang mereka,
وَيَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللهِ مَا لاَ يَضُرُّهُمْ وَلاَ يَنْفَعُهُمْ وَ يَقُوْلُوْنَ هَؤُلاَءِ شُفَعَاءُنَا عِنْدَ اللهِ
“Dan mereka menyembah kepada selain Allah, yaitu sesembahan-sesembahan yang tidak dapat mendatangkan kemadharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan. Mereka juga berkata, ‘Mereka (sesembahan-sesembahan) itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah.’ ” (Qs. Yunus: 18)
إِنَّ اللهَ لاَ يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
“Sesungguhnya, Allah tidak akan mengampuni dosa kesyirikan, dan Dia mengampuni segala jenis dosa selain dari kesyirikan itu, bagi siapa pun yang dikehendaki-Nya.” (Qs. an-Nisa`: 48)
وَلَوْ أَشْرَكُوْا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah amalan yang telah mereka kerjakan.” (Qs. al-An’am: 88)
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِيْنَ مِنْ أَنْصَارٍ
“Sesungguhnya, barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka. Tidaklah ada seorang penolong pun bagi orang-orang zalim itu.” (Qs. al-Maidah: 72)
Allah juga berfirman kepada Nabi-Nya, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,
وَلَقَدْ أُوْحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ
“Dan sesungguhnya, telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelummu, ‘Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan terhapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (Qs. az-Zumar: 65)
Berkenaan dengan hal ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَدْعُوْ لِلَّهِ نِدًّا دَخَلَ النَّارَ
“Barangsiapa yang mati, padahal dia menyeru kepada selain Allah sebagai tandingan-Nya, maka dia pasti akan masuk neraka.” (Hr. Bukhari, dalam Shahih-nya)
حَقُّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ: أَنْ يَعْبُدُوْهُ وَلاَ يُشْرِكُوْا بِهِ شَيْءً
“Hak Allah atas hamba-hamba-Nya adalah hendaknya mereka beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.” (Telah disepakati keshahihannya menurut ulama ahli hadits)
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
مَنْ لَقِيَ اللهَ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْءً دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ لَقِيَهُ يُشْرِكُ بِهِ شَيْءً دَخَلَ النَّارَ
“Barangsiapa yang bertemu dengan Allah (meninggal dunia) dan dia tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, ia akan masuk surga. Dan barangsiapa yang bertemu dengan Allah, tetapi dia menyekutukan-Nya dengan sesuatu, maka dia akan masuk nereaka.” (Hr. Muslim, dalam Shahih-nya)
Ayat-ayat dan hadits-hadits yang semakna dengan ini jumlahnya banyak.
Kita memohon kepada Allah agar menganugerahkan kepahaman tentang agama-Nya (Islam) kepada kaum muslimin, menjaga mereka dari segala hal yang dimurkai-Nya, memberikan mereka kemampuan untuk bertobat sepenuhnya dari segala kejahatan, memberikan petunjuk kepada para ulama kaum muslimin di setiap tempat untuk menyebarluaskan ilmu dan membimbing orang-orang bodoh menuju takdir yang telah ditetapkan kepada meraka, seperti mentauhidkan Allah dan menaati-Nya, menolong agama Allah dan meninggikan kalimat-Nya, serta memberikan hidayah kepada para pemimpin dan tokoh kaum muslimin untuk mendalami agama-Nya, berhukum dengan syariat-Nya, dan mengharuskan semua masyarakat merealisasikannya. Sesungguhnya Dia Maha Dermawan, lagi Maha Mulia.
Semoga salawat dan keselamatan senantiasa Allah curahkan kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta keluarga dan para sahabat beliau.
Sumber: Fatwa-Fatwa Seputar Kubur, Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Al-Qowam.
**| republished by Lentera Kabah
Lentera Kabah
Tidak ada komentar