PAK Budiman Hartono, sebut saja begitu, seorang yang terkenal dan kaya raya dari sebuah kota di Jawa Timur, sedang sakit parah. Menjelang ajal menjemput, dikumpulkanlah anak-anaknya.
“Anakku,” demikian beliau berwasiat, “jika Ayah sudah dipanggil Allah yang Maha Kuasa, ada permintaan Ayah kepada kalian: Tolong pakaikan kaos kaki kesayangan Ayah walaupun kaos kaki itu sudah bolong. Ayah ingin memakai barang kesayangan yang penuh kenangan semasa merintis usaha di perusahaan Ayah dan minta tolong kenangan kaos kaki itu dipakaikan bila Ayah dikubur nanti.
Akhirnya sang ayah wafat.
Ketika mengurus Jenazah dan saat akan dikafani, anak-anaknya minta ke pak ustadz untuk memakaikan kaos kaki yang robek itu sesuai wasiat ayahnya.
Akan tetapi pak ustadz menolaknya. “Maaf secara Syariat hanya 2 lembar kain putih saja yang di perbolehkan dipakaikan kepada mayit,” ujar pak ustadz.
Terjadilah perdebatan antara anak-anak yang ingin memakaikan kaos kaki robek dan pak ustadz yang melarangnya.
Karena tidak ada titik temu, dipanggilah penasihat sekaligus notaris keluarga tersebut. Sang notaris menyampaikan: “Sebelum meninggal Bapak menitipkan Surat Wasiat, ayo kita buka bersama-sama siapa tahu ada petunjuk.”
Maka dibukalah surat wasiat sang bapak yang sudah meninggal itu untuk anak-anaknya yang dititipkan kepada notaris tersebut.
“Anak-anakku,” bunyi surat wasiat itu. “Pasti sekarang kalian sedang bingung, karena dilarang memakaikan kaos kaki bolong kepada jenazah Ayah
“Lihatlah anak-anakku, padahal harta Ayah sangat banyak, uang berlimpah, beberapa mobil mewah, tanah, kebun dan sawah dimana-mana, rumah mewah banyak, tetapi tidak ada artinya ketika Ayah sudah meninggal dunia.
“Bahkan kaos kaki bolong saja tidak boleh dibawa mati… Begitu tidak berartinya harta dunia, kecuali iman dan amal kebaikan kita.
“Anak-anakku, inilah yang ingin Ayah sampaikan agar kalian tidak tertipu dengan dunia yang hanya sementara. Pada akhirnya teman sejati kita hanyalah iman dan amal shalih.
“Salam sayang dari Ayah yang ingin kalian menjadikan dunia sebagai jalan menuju ridha Allah SWT… “
**| republished by Lentera Kabah
Lentera Kabah
Tidak ada komentar