Presiden Iran Hassan Rouhani meminta rivalnya, Arab Saudi, untuk menghentikan konflik di Timur Tengah jika Riyadh memang serius mengenai perdamaian dan keamanan di kawasan tersebut.
“Jika pemerintah Arab Saudi serius mengenai visi mereka untuk pengembangan dan keamanan kawasan, mereka harus menghentikan kebijakan memecah belah, penyebaran ideologi kebencian, dan menginjak-injak hak tetangganya,” ujar Rouhani di hadapan peserta Sidang Tahunan Majelis Umum PBB di New York, Amerika Serikat (AS), seperti dimuat Reuters, Jumat (23/9/2016).
Arab Saudi dan Iran sejak lama terseret dalam konflik sektarian antara Sunni dengan Syi’ah. Arab Saudi yang didominasi Muslim Sunni dituding oleh Iran mendukung kelompok teroris ISIS, dan Arab Saudi menyebut Iran mendukung pemberontak Syi’ah Houthi yang mengkudeta Pemerintahan Sah di Yaman.
Riyadh bahkan memutuskan hubungan diplomatik dengan Teheran pada Januari 2016 setelah Kedutaan Besar mereka diserang sekelompok orang. Serangan dilakukan tak lama setelah Arab Saudi mengeksekusi mati ulama terkemuka Syiah Syeikh Nimr al Nimr pada 2 Januari 2016. Ketegangan antara Iran dan Arab Saudi juga memuncak pada proses pelaksanaan ibadah haji 2016 kemarin.
Dalam pidatonya, Rouhani juga mengkritik AS karena kurang mematuhi kesepakatan nuklir Iran yang dicapai pada Juli 2015. Iran diwajibkan untuk mengurangi program nuklir mereka dengan imbalan pencabutan sanksi. Namun hingga kini, sejumlah sanksi terutama di bidang perbankan, masih dialami Iran.
“Kurang patuhnya AS dengan kesepakatan nuklir dalam beberapa bulan terakhir menunjukkan adanya cacat dalam pendekatan yang harus segera diperbaiki,” tutup Rouhani dalam pidatonya.
**| republished by Lentera Kabah
Lentera Kabah
Tidak ada komentar