logo blog

MUI: Jangan Sampai Ada Pemikiran Ngawur untuk Racuni Umat

MUI: Jangan Sampai Ada Pemikiran Ngawur untuk Racuni Umat


http://www.lenterakabah.com/wp-content/uploads/2016/10/MUI-Jangan-Sampai-Ada-Pemikiran-Ngawur-untuk-Racuni-Umat.jpg

JAKARTA–Wakil Sekretaris Jenderal, Dr. KH. Tengku Zulkarnain, MA menegaskan, bahwa Al Qur’an itu merupakan petunjukan bagi manusia (hudallinnas). Seharusnya manusia sebagai makhluk yang berakal mengerti dan memahami petunjuk-Nya.

“Rasulullah lah yang mengajarkan Al Qur’an kepada umatnya. Yang tahu Al Qur’an itu adalah Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam, para sahabat, para tabi’in, tabi’ut tabi’in, dan ulama yang ahli tafsir.

Dijelaskan KH. Tengku Zulkarnain, jika ada yang berpandangan, hanya Allah saja yang bisa menafsirkanAl Qur’an, lalu buat apa Allah turunkan Kitab Suci Al Qur’an kepada manusia. Kalau begitu pandangannya, disimpen aja Al Qur’an sama Allah.

“Kalau hanya Allah yang tahu tafsir Al Qur’an yang sebenarnya, berarti ulama yang menafsirkan ayat itu salah semua, karena yang hanya Allah yang tahu. Kalau begitu, cara shalat kita salah, puasa salah, yang tahu hanya Allah. Ini namanya tafsir ngablon alias ngawur,” tegas KH. Tengku Zulkarnain kepada Islampos, belum lama ini di kantor MUI, Jakarta.

Ucapan seorang Nusron Wahid itu berbahaya. Kata KH. Tengku Zulkarnain, dia menafsirkan ayat itu sendiri menurut pemikirannya, katanya hanya Allah yang ngerti, tapi kenapa kok merasa lebih ngerti.

Mengenai siroh Nabi yang diucapkan seorang profesor dalam Indonesia Lawyers Club (ILC) di sebuah televisi swasta, bahwa risalah Islam yang dibawa Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam ketika itu dalam situasi aman dan damai, terutama di Kota Suci Mekkah.

“Itu pandangan yang keliru. Bohong, kalau di Mekkah ketika itu dianggap aman tentram. Buktinya Nabi shalallahu alaihi wassalam ngungsi (hijrah) ke Madinah.”

Bukti lain Mekkah tidak dalam kondisi aman adalah ketika Sumayyah mengucapkan kalimat tauhid “Lailaha illallahh”. Summayyah ketika itu ditusuk kemaluannya sampai tembus hingga ke mulutnya oleh Abu Jahal.

Kemudian, ada sahabat Nabi (Yaser) yang mati disalib, dan anaknya Amr bin Yasser disiksa, lalu Bilal pun mendapat perlakuan yang sama. Umat Islam saat itu dalam keadaan menderita, diboikot di lembah Bani Hasyim selama tiga tahun, tidak boleh makan, dan tidak ada yang menjual makanan dan minuman.

Tak sedikit kaum muslimin yang ketika menerima Islam sebagai agama, yang syahid karena kelaparan.“Bohong! Kalau selama 13 tahun, Nabi selama berada di Mekkah dalam kondisi aman,” ungkap KH. Tengku Zulkarnain.

Siroh kedua, ketika itu Nabi Muhammad Saw mengirim para sahabatnya hijrah ke Abasyiah (Ethiopia) yang saat itu diterima baik oleh Raja Najasi yang beragama Nasrani.

“Jadi, siroh itu konteksnya tidak sama dengan Jakarta. Nah, kalau Jakarta, umat Islam tidak mengungsi. Jadi, meskipun profesor, jangan pernah menipu umat. Itu Raja Najasi secara diam-diam masuk Islam. Buktinya, ketika wafat, malaikat Jibril memberi tahu Nabi shalallahu alaihi wassalam agar melaksanakan shalat ghaib.”

 http://www.lenterakabah.com/wp-content/uploads/2016/10/1476878529_391_MUI-Jangan-Sampai-Ada-Pemikiran-Ngawur-untuk-Racuni-Umat.jpg

Jadi, kata KH. Tengku Zulkarnain, Raja Najasi itu Islam, jangan dibilang kafir. Raja Najasi dishalatkan nabi atas perintah Allah melalui Malaikat Jibril. Haditsnya shohih muslim.

“Pemikiran yang disampaikan Nusron Wahid dan Hamka Haq itu berbahaya. Pemikirannya adalah racun yang bisa merusak umat. Tidak usahlah terlalu pandai dari Al Qur’an. Kalau hukum Al Qur’an ya hukum Qur’an. Cuma kita bernegara, dan sikap bernegara MUI adalah menyerahkan perkara hukum pada penegak hukum, karena kita taat pada hukum negara,” papar KH. Tengku Zulkarnain.

Bicara pemimpin Islam, kata KH. Tengku Zulkarnain, bukan hanya ada dalam QS. Al Ma’idah. Ada banyak ayat, lebih dari 15 ayat yang menjellaskan tentang larangan memilih pemimpin non muslim, banyak ayat lain.

“Jadi siapapun tidak bisa mengintervensi MUI untuk mengeluarkan pendapat dan sikap keagamaan terkait penistaan agama yang dilakukan Ahok. MUI nggak digaji kok, nggak cari duit. MUI hanya menjelaskan ayat suci Al Qur’an kepada umat secara benar,” tukas KH. Tengku Zulkarnain.

Tegakkan Hukum

Sementara itu, Ketua Umum MUI, KH. Ma’ruf Amin, menjelaskan, bahwa MUI tidak bicara dalam konteks membahas tafsir. MUI hanya membahas ucapan Gubernur DKI Jakarta Ahok yang mengatakan ‘dibohongi dengan ayat Al Ma’idah. Itu tidak benar.

”Hak ulama untuk menafsirkan Al Qur’an. MUI tidak menafikan jika ada ulama yang menafsirkan Al Qur’an, dan MUI tidak melarangnya. Yang dibahas MUI adalah ucapan Gubernur DKI Jakarta yang mengatakan, bahwa yang memberikan penafsiran soal pemimpin itu dianggap membohongi, dalam hal ini ‘dibohongi dengan ayat Al Ma’idah,” kata KH. Ma’ruf Amin.

Jika ada pihak yang mengatakan, hanya Allah saja yang bisa menafsirkan Al Qur’an, itu justru memberi tafsir sendiri. MUI berharap, umat Islam tidak emosional dan teriak-teriak. Lebih baik menyerahkan persoalan itu kepada pihak kepolisian.

MUI inginnya tidak ada pengerahan massa. Tapi jika pengerahan massa masih diperlukan, MUI hanya menghimbau agar aksi unjuk rasa berjalan tertib, aman, damai dan terkendali.


**| republished by Lentera Kabah
Lentera Kabah

Share this:

Enter your email address to get update from ISLAM TERKINI.

Tidak ada komentar

About / Contact / Privacy Policy / Disclaimer
Copyright © 2015. Fajar Islam - All Rights Reserved
Template Proudly Blogger