Sikap tidak mau menerima data angka kemiskinan Jakarta yang dirilis BPS, menambah daftar panjang sifat buruk Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Penegasan itu disampaikan pengamat politik Muslim Arbi kepada intelijen (18/07). “Sifat Ahok itu maunyanya sendiri, dan menganggap dirinya paling benar. Data BPS saja disalahkan. Ini sangat berbahaya bagi demokrasi,” tegas Muslim Arbi.
Menurut Muslim, Ahok ingin memposisikan sebagai seorang paling sempurna, hebat dan bersih. “Tapi pada kenyataannya, banyak kasus hukum yang mengenai Ahok. Dan untuk memposisikan dirinya hebat, Ahok dibantu buzzer maupun media,” ungkap Muslim.
Muslim menegaskan, pola kepemimpinan yang ditunjukkan Ahok, mirip di Korea Utara. “Pemimpin itu tidak pernah salah, dan selalu dipuja bak seorang dewa,” pungkas Muslim.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta menyebut jumlah penduduk miskin di Jakarta mengalami kenaikan 0,14 poin.
Gubernur DKI Jakarta, tidak menerima data BPS. Ahok justru mengkritisi cara BPS melakukan survei soal penduduk miskin Jakarta. Ahok menyebut, survei BPS hanya bertanya pada semua orang yang ditemui di Jakarta namun tidak mempertanyakan kebenaran data KTP.
“Semua orang yang ketemu orang di DKI, di tempat kumuh harus dihitung. Kamu tanya sama BPS benar enggak kalimat saya seperti itu. Jadi dia bilang angka kemiskinan naik itu bisa termasuk yang datang terhitung,” kata Ahok di Balai Kota DKI Jakarta (19/07).(ts/intelijen)
**| republished by Lentera Kabah
Lentera Kabah
Tidak ada komentar