logo blog

Malangnya Muslim Rohingnya, Terlantar di Hadapan Miliyaran Umat

Malangnya Muslim Rohingnya, Terlantar di Hadapan Miliyaran Umat


“Kaum muslimin itu saling memiliki pertalian darah. Masing-masing mereka berusaha untuk menolong yang paling lemah. Mereka menjadi penolong bagi sesamanya dalam menghadapi musuhnya.”
Imam Pergerakan Hasan Al Banna

Umat ini begitu banyak jumlahnya, luas wilayahnya, namun nyaris tak terdengar suaranya, tak nampak aksinya. Keberadaannya seakan ketidakberadaannya. Saat sebagian dari umat ini ditindas dan dibantai dengan keji di negeri sebrang sana.

Tak perlu kita mencari kemana para pemimpin dunia, atau mempertanyakan keberadaan negara adi daya, PBB, Uni Eropa, dsb, karena mereka sekarang sedang tersenyum menikmati hasil dari kerja keras mereka, dalam menumbangkan Khilafah Islamiyah, mengotak-ngotakkan Dunia Islam menjadi negara-negara bangsa kemudian memelihara para pemimpin diktator yang tak berperasaan dalam memerangi gerakan Islam.

Hari ini saatnya kita mencari keberadaan kita sendiri dan mempertanyakan keimanan kita yang mungkin telah kehilangan arti.

Kemanakah umat Islam, umat miliyar? Hari ini di Rohingnya ada darah kaum muslimin yang tumpah dan tubuh-tubuh manusia bereserakan bak sampah.

Kemanakah para pemimpin Islam? Di Rohingnya sana ada air mata yang mengalir deras dan jiwa-jiwa yang menjrit tertindas.

Begitu malangnya nasib muslim Rohingnya, mereka terlantar di hadapan umat miliyar, umat Islam, tanpa ada pembelaan yang memperjuangkan hak-hak mereka apalagi pembalasan yang mampu mempertahankan eksistensi mereka.

Begitu malangnya nasib muslim Rahingnya, mereka terdampar di pelataran peradaban besar, Peradaban Islam, tanpa ada perlindungan yang mampu memperpanjang nafas hidup mereka atau paling tidak uluran tangan yang mampu menyekat air mata mereka.

Saatnya kita menyadari akan filosofi hidup kita sebagai seorang muslim agar mampu mengembalikan keizzahan kita sebagai umat miliyar, dan peradaban besar.


Umat Islam itu bagaikan satu tubuh, yang apabila ada bagian yang sakit, maka bagian yang lain pun akan ikut merasa sakit. Itulah filosofi hidup seorang muslim yang diajarkan oleh nabinya saat ia ingin membentuk sekelompok manusia yang akan menyelamatkan manusia seluruhnya dari jurang kehancuran.
“Sessungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara..”
(Qs. Al Hujurat: 10)
“Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit maka seluruh tubuh turut merasakan panas dan demam.” 
(HR. Muslim)

Tidak ada sekat bagi sebuah keimanan, sebagaimana tidak berlaku batas teroterial bagi sebuah keyakinan. Kewarga negaraan seorang muslim adalah akidahnya. Demikianlah filosofi hidup seorang muslim yang diajarkan oleh para pembaharunya saat mereka berupaya untuk membangun kemabali peradaban Islam dari keruntuhannya.

Imam Hasan Al Banna dalam Risalah Muktamar Khomis mengatakan:
“Kaum muslimin itu saling memiliki pertalian darah. Masing-masing mereka berusaha untuk menolong yang paling lemah. Mereka menjadi penolong bagi sesamanya dalam menghadapi musuhnya.

Dalam posisi demikian, Islam tidak mengenal batas-batas geografis serta perbedaan suku bangsa dan warna kulit. Islam menganggap bahwa kaum muslimin adalah umat yang satu, dan tanah air islam adalah tanah air yang satu, meskipun berjauhan letak dan beragam batas-batasnya….”

As Syahid Sayyid Qutb dalam Ma’alim fi Thoriq mengatakan:
“Kewarganegaraan kita adalah akidah kita.”

Wallahu ‘alam Bissowwab.

http://www.penapembaharu.com/2016/11/22/malangnya-muslim-rohingnya-terlantar-di-hadapan-umat-miliyar/

**| republished by Lentera Kabah
Lentera Kabah

Share this:

Enter your email address to get update from ISLAM TERKINI.

Tidak ada komentar

About / Contact / Privacy Policy / Disclaimer
Copyright © 2015. Fajar Islam - All Rights Reserved
Template Proudly Blogger