Fatwa Syaikh Abdurrahman Al Barrak
Soal:
Jika seseorang mengusap-usap tempat kedua kaki Ibrahim (maqom ibrohim) untuk mencari berkah apakah itu diperbolehkan?
Jawab:
Alhamdulillahirabbil ‘alamin,
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِّلْعَالَمِينَ * فِيهِ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَّقَامُ إِبْرَاهِيمَ
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqom Ibrahim” (QS. Al Imran: 96-97).
Dan tidak ragu lagi bahwa al bait dalam ayat ini adalah Masjidil Haram, Ka’bah, Maqom Ibrahim*), baik yang dimaksudkan adalah batu tempat Ibrahim dahulu berdiri di situ, ataupun Masjidil Haram secara keseluruhan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
وَاتَّخِذُواْ مِن مَّقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى
“Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat” (QS. Al Baqarah: 125).
Semuanya ini mengandung keberkahan karena Allah telah mengistimewakannya dan memberikan mereka keutamaan daripada tempat yang lain dan bangunan yang lain.
Dan keberkahan yang ada di tempat-tempat tersebut cara mendapatkannya adalah dengan mengerjakan apa yang Allah syariatkan di sana: dengan thawaf, i’tikaf, dan shalat. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
وَعَهِدْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ أَن طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ
“Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud”” (QS. Al Baqarah: 125).
Dan Allah tidak mensyariatkan perbuatan mengusap-usap satu bagian pun dari Ka’bah kecuali pada dua rukun Yamani. Maka, Hajar Aswad memang disyariatkan untuk menciumnya dan menyentuhnya serta rukun Yamani disyariatkan untuk menyentuhnya dengan tangan. Ini dalam rangka mengamalkan sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Dan tidak disyariatkan mengusap-usap pada bagian baitul haram kecuali pada kedua rukun Yamani tersebut. Dan Umar radhiallahu’anhu ketika beliau menyentuh Hajar Aswad beliau berkata:
والله إني أعلم أنك حجر لا تضر، ولا تنفع، ولولا أني رأيت رسول الله يقبلك ما قبلتك
“Demi Allah, aku benar-benar mengetahui bahwa engkau hanyalah sebuah batu yang tidak bisa memberi bahaya maupun manfaat. Andai aku tidak melihat Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menciummu, aku tidak akan menciummu“.
Dan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam tidak mecontohkan untuk mengusap-usap maqom Ibrahim, atau tempat kaki Ibrahim. Yang dilakukan oleh Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam adalah shalat di dekat maqom Ibrahim setelah selesai thawaf. Beliau mendatangi maqom Ibrahim lalu membaca firman Allah Ta’ala:
وَاتَّخِذُواْ مِن مَّقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى
“Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat” (QS. Al Baqarah: 125).
Lalu beliau shalat thawaf dua rakaat. Lalu di dalam shalat tersebut beliau membaca surat Qul yaa ayyuhal kaafirun dan Qul huwallahu ahad. Maka jelas sudah bahwa beliau tidak menganjurkan untuk mengusap-usap tempat kaki Ibrahim di maqom Ibrahim tersebut. Dan tidak ada keberkahan dengan mengusap-usapnya karena tidak disyariatkan oleh Allah untuk melakukannya, walaupun memang ia mengandung keberkahan.
Maka Ka’bah itu seluruhnya mengandung keberkahan, namun tidak disyariatkan mengusap-usapnya kecuali pada dua rukun Yamani sebagaimana telah kami jelaskan.
Maka hendaknya anda, wahai saudaraku sesama Muslim, bersemangat mengerjakan apa yang dibimbing oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan meneladani beliau. Allah telah menjadikan beliau sebagai imam dan teladan bagi anda. Maka janganlah anda melebih-lebihkan dari apa yang beliau sunnahkan.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرً
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS. Al Ahzab: 21).
Wallahu a’lam.
*) Maqom Ibrahim adalah tempat dimana Nabi Ibrahim berdiri ketika membangun Ka’bah bersama Nabi Isma’il. Maqom berasal dari kata qooma – yaquumu yang artinya berdiri, kemudian didapatkan isim makan: maqoomun. Sehingga maqom artinya tempat berdiri. Maka maqom Ibrahim bukanlah kuburan Nabi Ibrahim, sebagaimana disangka sebagian orang.
***
Sumber: Liqaat Multaqa Ahlil Hadits bil Ulama, 2/24, Asy Syamilah
Penerjemah: Yulian Purnama
**| republished by Lentera Kabah
Lentera Kabah
Tidak ada komentar