BANYAK orang tersesat dalam menentukan arah kehidupannya. Padahal, kita telah diberi bekal berupa Al-Quran dan As-Sunnah, yang jika kita berpegang pada keduanya, maka kita tidak akan tersesat. Tapi sayang, tak semua orang berlandaskan pada dua pusaka umat Islam itu. Hingga, kesesatan kini marak terjadi.
Tahukah Anda, bahwa ada hal lain yang menyebabkan kesesatan? Dilansir dalam infoyunik.com bahwa maraknya kesesatan, terjadi atas dua hal. Apa sajakah itu?
1. Kebodohan
Penyebab utama kesesatan yang pertama ialah kebodohan. Kebodohan yang dimaksud di sini tidak semata-mata perkara ilmu duniawi. Akan tetapi juga kebodohan terhadap syariat Islam yang mulia dan sempurna. Hal ini merupakan salah satu penyakit yang harus diwaspadai. Sebab dapat membahayakan bahkan membinasakan.
Orang yang memiliki kebodohan akan syariat Islam haruslah melawannya. Bahkan dinyatakan dalam sahih oleh al-Albani, Asy-Syaikh Muhammad al-Imam hafizhahullah berkata (Bidayatul Inhiraf hlm. 133), “Kebodohan adalah musuh semua risalah yang dibawa oleh para Rasul ﷺ.”
Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala memisalkan orang yang bodoh sebagai makhluk yang paling jelek yang berjalan di muka bumi ini. Firman-Nya, “Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa pun,” (QS. Al-Anfal: 22).
Dalam ayat lain Allah berfirman, “Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu),” (QS. Al-Furqan: 44).
2. Jauhnya Umat dari Ulama Syariat
Penyebab kemaksiatan yang kedua ialah jauhnya umat dari ulama syariat. Tidak dapat dipungkiri bahwasanya banyak umat yang kini lebih menggandrungi orang-orang terkenal dibandingkan orang yang memiliki ilmu agama. Padahal sejatinya kita harus menjadikan para ulama syariat sebagai pemimpin yang harus ditaati dalam urusan kebaikan.
Allah Ta’ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu,” (QS. An-Nisa: 59).
Para pemimpin inilah yang menjadi tempat mengadu umat selama mereka hidup di dunia. Tugas kita setelah itu ialah mendengarkan nasihat dan solusi yang diberikan olehnya. Hal tersebut dikarenakan merekalah orang yang paling memahami syariat dan hal-hal yang bermanfaat bagi umat baik itu urusan dunia ataupun akhirat.
Jauhnya para umat dari ulama syariat ini dapat menyebabkan mereka terjerumus di dalam perbuatan yang sesat dan pada akhirnya terjerumus ke dalam panasnya api neraka. Sebab mereka tidak mau berkonsultasi apalagi meminta pendapat dari para ahli agama padahal mereka mengetahui betapa pentingnya kedudukan ulama syariat.
Jika diri kita ingin terhindari dari perbuatan yang sesat, maka kita harus mau untuk terus mencari ilmu. Kita harus belajar dari para alim ulama yang dipercaya kebaikannya dalam memahami ilmu agama, selagi mereka masih ada. Sebab, pada hari kiamat kelak, para alim ulama itu akan pergi meninggalkan kita. Hingga, hanya tersisa orang-orang bodoh merajalela di muka bumi ini.
**| republished by Lentera Kabah
Lentera Kabah
Tidak ada komentar