Ketua Koordinator Bidang Pemenangan Pemilu Partai Golkar, Nusron Wahid (NW), dikecam akibat pernyataannya pada acara Indonesia Lawyer Club (ILC) di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa malam (11/10/2016). Kecaman itu mencuat antara lain dengan kicauan bertanda pagar (tagar/hastag) #JanganHinaMUI oleh para netizen.
Pantauan hidayatullah.com, tagar #JanganHinaMUI menduduki jajaran topik paling tren dibahas (trending topic Indonesia/TTI) Twitter hampir sepanjang hari ini, Rabu (12/10/2016) pagi hingga sekitar pukul 22.00 WIB.
“Omongannya NW menyakiti kami #JanganHinaMUI,” kicau Azim Arrasyid, salah seorang karyawan swasta di Jakarta, melalui akun @DzAzimarasyid.
Akun Teroris Social Media @TerorisSocmed berkata:
“Omongannya NW ngawur banget #JanganHinaMUI.”
Akun Andi alfarizy @AndyFarizy:
“Ada kafir hina alQur’an, ada muslim yg gunakan dalil alQur’an untuk bela si kafir #JanganHinaMUI.”
Lorisben Munthe @LorisbenMunthe:
“Setahu ane WAHID itu satu. Tapi kenapa Wahid nyang onoh JEBLOG maksimal ya? #JanganHinaMUI.”
Netizen Umar Syadat @Umar_Hasibuan berkata diplomatis:
“Krn yg diucapkan nusron di ILC adalah kebenaran menurut dia bkn menurut Qur’an.Sy sih anggap nusron kmrn lg emosi tak terkendali.”
Pernyataan Nusron Wahid kepada Ulama
Pada kesempatannya, Nusron Wahid mengatakan, suatu teks itu bebas tafsir dan bebas makna. Menurutnya, yang paling tahu tentang teks adalah pembuat teks tersebut.
“Yang namanya al-Qur’an, yang paling sah untuk menafsirkan, yang paling tahu tentang al-Qur’an itu sendiri adalah Allah Subhanahu Wata’ala dan Rasul. Bukan Majelis Ulama Indonesia (MUI), bukan Ahmad Dhani, bukan Dahnil Simanjuntak, juga bukan juga saya, maupun Hamka Haq, bukan itu,” ujarnya menyebut nama sejumlah tokoh pembicara pada acara itu.
Nusron Wahid juga mengatakan, “Yang paling tahu tentang apa yang disampaikan oleh Ahok di Pulau Seribu, ya Ahok. Bukan orang lain. Itu ilmu tafsir, itu ilmu teks, hermeneutik.”
Dalam penyampaiannya selama sekitar 8 menit dengan suara keras itu, Nusron Wahid juga mengatakan:
“Kiai-kiai saya, guru-guru saya, ulama-ulama saya dulu, ketika memaknai al-Qur’an saya ngaji, tidak pernah mengklaim dirinya paling benar. Selalu ditutup dengan satu kalimat, ‘Wallahu a’lamu bimurodihi; bahwa hanya Allah-lah sesungguhnya yang paling tahu tentang maknanya, bukan orang lain.’ Karena itu, kalau menjadi ulama, menjadi kiai, mengutip al-Qur’an, jangan hanya mengutip dengan surat al-Qur’an yang terjemahan.”
“…Barangsiapa yang belajar al-Qur’an tanpa guru, gurunya syaitan.”
Ia juga mengatakan:
“Hentikan penggunaan ayat-ayat untuk politik. Ayat Al-Maidah tidak ada kaitannya dengan politik. Ayat Al-Maidah multi fatsir. Karena multi tafsir, tidak usah dipakai justifikasi untuk menistakan orang, untuk melawan orang dan lain sebagainya.”
Ia pun menyampaikan pembelaannya atas Ahok soal Al-Maidah ayat 51. Nusron Wahid mengklaim, Ahok tak bermaksud menghina al-Qur’an, umat Islam, pun agama Islam.
“Yang paling tahu tentang omongan Ahok ya Ahok sendiri,” ujarnya lantas disambut sorakan “huuuuuu…!” terhadap Nusron Wahid dari peserta ILC lain.
Penyampaian MUI
Sebelum Nusron Wahid, pada acara itu, lebih dulu giliran pihak MUI Pusat diwakili oleh Wakil Sekretaris Jenderal Tengku Zulkarnain.
Zulkarnain antara lain membacakan pendapat dan sikap keagamaan MUI soal pernyataan Ahok tersebut. Dimana MUI menyatakan, pernyataan Ahok di Kepulauan Seribu tersebut terkategori menghina al-Qur’an dan atau ulama.
Di depan Nusron Wahid dan para peserta diskusi itu, Zulkarnain menjelaskan tafsiran MUI dari pernyataan Ahok “Jadi, jangan percaya sama orang, bisa aja dalam hati kecil bapak ibu nggak bisa pilih saya. …Dibohongi pakai Surat Al-Maidah (ayat) 51 macem-macem itu. Itu hak bapak-ibu ya!”
Jelas Zulkarnain, ada dua konsekuensi hukum yang harus dipikul Ahok atas pernyataannya itu.
“Pertama, dia (Ahok. Red) menuduh bahwa Surat Al-Maidah:51 itu alat melakukan kebohongan. Yang kedua, ulama-ulama yang mengajarkan Surat Al-Maidah:51 kepada umat Islam, itu adalah (dituduh sebagai. Red) pembohong,” paparnya lantas disambut apresiasi sebagian peserta diskusi.
Zulkarnain juga menerangkan, salah satu tugas utama MUI adalah menjaga umat dari pemikiran sesat dan keliru. “Atau dari tuduhan-tuduhan orang anti Islam, anti agama, yang ingin merusakkan agama Islam,” jelasnya.
Di ranah media sosial, pantauan hidayatullah.com, netizen pun membela ulama. Pembicaraan tentang “Ulama” sempat menjadi TTI Twitter.
Akun dany @KakaDhanay mengatakan: “Ulama adalah benteng terakhir umat, jika bukan ulama siapa lagi panutan kita. #JanganHinaMUI.”
Terkait pernyataan Nusron Wahid, beredar pula video yang menayangkan dai Yusuf Mansur berbicara tentang pesan untuk tidak meniru sikap tak baik kepada ulama.
“Jangan ditiru melotot-melotot ke ulama…. Yang suka maki-maki orang, jangan ditiru! Yang suka bilang ‘orang bodoh, goblok tuh’, jangan ditiru ya!” ujar Yusuf Mansur sambil menangis dalam video yang belum diketahui waktu perekamannya itu.
“Kakek sy jg seorang ulama, alm. KH Hasan Basri.. Gak kebayang kalau zaman dulu ada yg melotot2 ke kakek saya…,” kicau senator DPD RI, Fahira Idris melalui akunnya @fahiraidris, Rabu (12/10/2016).
Akun Anak Umi @athifa_ok berkicau, “#JanganHinaMUI Lucux, timses meradang smp melotot2. Hina ulama pula. Lha, ini jg bkn masa kampanye kan? cc @NusronWahid1….”
Ihwal “melotot ke arah ulama” itu tampaknya merujuk pada tatapan mata Nusron Wahid saat berbicara di ILC, Selasa malam itu.
Menurut akun Sang Pembangkang !!! @IndraJPiliang:
“Ndak elok, ngomentarin Nusron dari pelototan mata atau body languagenya. Teman2nya sejak dulu tahu betul, Nusron emang begitu matanya.”*
Rep: Muhammad Abdus Syakur
**| republished by Lentera Kabah
Lentera Kabah
Tidak ada komentar