AYAH Imam Al Ghazali adalah seorang fakir yang shalih, hanya mangandalkanan makanan dari hasil tenunan kain wol. Namun ia juga berkeliling kepada para penuntut ilmu fiqih untuk berkhidmat kepada mereka. Jika ia mendengar perkataan dari salah satu mereka, ia pun menangis dan berdoa agar putranya juga dijadikan seorang yang faqih.
Ayah Imam Al Ghazali juga menghadiri majelis-majelis nasihat, dan jika ia mendengar nasihat di majelis itu ia menangis dan berdoa agar putranya termasuk orang-orang pemberi nasihat.
Akhirnya, doa sang ayah pun terkabul setelah wafatnya, dimana Al Ghazali akhirnya menjadi seorang yang paling faqih di zamannya dan manjadi panutan. Sedangkan saudara Al Ghazali, Ahmad, menjadi seorang pemberi nasihat yang mana oarang yang hadir di majelisnya akan terlecut untuk selalu melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan. (lihat, Thabaqat Asy Syafi’iyah Al Kubra, 6/194)
Ayah Imam Al Ghazali juga menghadiri majelis-majelis nasihat, dan jika ia mendengar nasihat di majelis itu ia menangis dan berdoa agar putranya termasuk orang-orang pemberi nasihat.
Akhirnya, doa sang ayah pun terkabul setelah wafatnya, dimana Al Ghazali akhirnya menjadi seorang yang paling faqih di zamannya dan manjadi panutan. Sedangkan saudara Al Ghazali, Ahmad, menjadi seorang pemberi nasihat yang mana oarang yang hadir di majelisnya akan terlecut untuk selalu melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan. (lihat, Thabaqat Asy Syafi’iyah Al Kubra, 6/194)
Rep: Sholah Salim
Editor: Thoriq
**| republished by Lentera Kabah
Lentera Kabah
Tidak ada komentar