Aksi demonstrasi tuntut pertanggungjawaban pelecehan agama oleh Gubernur DKI Jakarta, Ahok, yang dilakukan gabungan anggota Ormas Islam di Balai Kota, Jakarta, Jumat (14/10) sukses dihadiri oleh puluhan ribu kaum muslimin.
Kesuksesan agenda tersebut tak diindahkan oleh media-media sekuler di Indonesia.
Bukannya merilis secara netral, namun malah tendensif dan menyudutkan Islam.
Salah satunya adalah yang diberitakan oleh JPNN pada 14 Oktober 2016.
Dalam rilisnya, JPNN menyebut bahwa kaum muslimin kegerahan mendengar shalawat nabi yang diputar saat demo. (Silahkan baca artikelnya disini: Laaah...Polisi Putar Selawat Nabi, FPI Cs Kegerahan )
Pernyataan ini dibantah langsung oleh salah satu peserta unjuk rasa, Faisal.
Faisal menjelaskan bahwa yang diputar oleh polisi kala itu bukanlah shalawat nabi, melainkan musik jahilliyah dengan tujuan profokatif.
Payahnya, musik itu disetel dengan suara keras dan mengganggu berjalannya orasi oleh tokoh-tokoh Islam.
"Yang disetel itu bukan shalawat, tapi musik. Orang lagi orasi malah di setel kayak gitu." jelas Faisal saat diwawancari Jurnal Muslim, (14/10/16).
Sontak banyak para pengunjuk rasa yang menghimbau polisi yang berada di dalam komplek Balai Kota itu untuk men-stop pemutaran musik itu.
Fenomena pemberitaan yang tidak seimbang ini menambah daftar bukti keberpihakan media mainstreem kepada kelompok-kelompok tertentu dengan Islam sebagai objek yang disudutkan. (nisyi/jurnalmuslim.com)
**| republished by Lentera Kabah
Lentera Kabah
Tidak ada komentar