Tanya:
Saya menemukan tulisan semacam ini. Mohon pencerahannya.
Tanggal 26 . – ,,Legenda urban bencana tanggal 26 merupakan suatu topik misteri di mana tanggal 26 memiliki arti penting …
Gempa Nepal 26 april 2015 apakah ini suatu kebetulan? Kalau gempa yang berikut ini terjadi pada tanggal 26 Dec 1861 gempa bumi di Egion, Yunani
26 Mar 1872 gempa bumi di Owens Valley, USA
26 Aug 1896 gempa bumi di Skeid, Land, Islandia
26 Nov 1902 gempa bumi di Bohemia, sekarang Czech Republic
26 Nov 1930 gempa bumi di Izu
26 Sep 1932 gempa bumi di Ierissos, Yunani
26 Nov 1943 gempa di Tosya Ladik, Turki
26 Dec 1949 gempa bumi di Imaichi, Jepun
26 Mei 1957 gempa di Bolu Abant, Turki
26 Mar 1963, gempa bumi di Wakasa Bay, Jepang
26 Jul 1967 gempa bumi di Pulumur, Turki
26 Sep 1970 gempa bumi di Bahia Solano, Colombia
26 Jul 1971 gempa bumi di Solomon Island
26 Apr 1972 gempa bumi di Ezine, Turki
26 Mei 1975 gempa bumi di N. Atlantic
26 Mar 1977 gempa bumi di Palu, Turki
26 Dec 1979 gempa bumi di Carlisle, Inggris
26 Apr 1981 gempa bumi di Westmorland, USA
26 Mei 1983 gempa bumi di Nihonkai, Chubu, Jepang
26 Jan 1985 gempa bumi di Mendoza, Argentina
26 Jan 1986 gempa bumi di Tres Pinos, USA
26 Apr 1992 gempa bumi di Cape Mendocino, California, USA
26 Okt 1997 gempa bumi di Italia
26 dec 2004 tsunami ace
Adakah kita sadari tanggal tersebut , fakta /kebetulan ?
Aceh
Tsunami
26-12-2004,
Jogja
Gempa
26-05-2006
Tasik, Jawa Barat
Gempa
26-06-2010
Gunung Merapi
Meletus
26-10-2010 …
Pertanyaan : melihat data tersebut diatas dan data statistik bahwa Gunung Merapi punya gawe rata rata setiap empat atau lima tahun periodically , Apakah bila sudah masuk waktunya dan sudah menunjukkan tanda tanda batuk , kita boleh mempercayai tgl 26 harus extra waspada ngungsi duluan.
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Sesungguhnya kalender masehi yang berlaku, murni buatan manusia. Kalender itu dibuat atas kesepakatan umat sejagad. Karena itulah, islam tidak pernah mengajarkan agar manusia mengembalikan kejadian pada kalender atau perhitungan hari. Allah yang berkuasa mengatur semua kejadian alam semesta. Dan kekuasaan Allah bersifat mutlak. Tanpa bergantung pada aturan hamba.
Allah mengingatkan,
بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَإِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
“Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah!” Lalu jadilah ia.” (QS. al-Baqarah: 117).
Mengembalikan kejadian di alam ini kepada perhitungan atau kalender, bisa jadi tidak berbeda dengan mengembalikan kehendak Allah pada aturan manusia. Dan itu tidak mungkin pernah terjadi.
Dari sini anda bisa memahami bagaimana kelancangan yang dilakukan paranormal. Mereka berusaha meramalkan kejadian masa depan dengan perhitungan yang mereka buat. Seolah mereka hendak mengembalikan kehendak Allah kepada aturan dan sistem pitungan yang mereka buat.
Ada Banyak Sistem Kalender
Lebih dari itu, di tempat kita, ada beberapa sistem kalender. Ada kalender masehi, ada kalender qamariyah, ada kalender Temporeki, kalender saka, kalender imlek, kalender jawa, dst. Sebagian orang mencatat, di dunia ini ada 11 sistem kalender.
Mengingat sistemnya berbeda, tentu saja keteraturannya berbeda. Jika tanggal 26 April bertepatan dengan 7 Rajab, belum tentu tanggal 26 di bulan yang lain pada sistem kalender masehi, akan bertepatan dengan tanggal 7 di bulan yang lain pada kalender hijriyah. artinya, angka 26 tidak harus sinkron dengan angka 7.
Lalu, mau sistem kalender yang manakan yang akan kita jadikan acuan?
Apakah hanya kalender masehi? Padahal murni inni buatan manusia.
Apakah Tiyaroh?
Apakah keyakinan semacam ini termasuk tiyaroh?.
Ketika anda meyakini bahwa ada tanggal atau hari atau bulan tertentu yang itu menjadi sebab sial, maka itu termasuk keyakinan tiyaroh. Karena anda meyakini sesuatu menjadi sebab sial bagi yang lain, padahal sejatinya sama sekali tidak ada hubungannya.
Dan ketika keyakinan tiyaroh ini menyebabkan anda harus mengubah agenda, berarti anda terjebak dalam dosa kesyirikan. Dari Abdullah bin Amr Radhiyallahu ‘anhuma, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ مِنْ حَاجَةٍ فَقَدْ أَشْرَكَ
Siapa yang mengurungkan keinginannya karena keyakinan tiyaroh, berarti dia telah berbuat syirik. (HR. Ahmad 7242 dan dan dihasankan Syuaib al-Arnauth)
Dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الطِّيَرَةُ شِرْكٌ الطِّيَرَةُ شِرْكٌ
Tiyaroh itu syirik… Tiyaroh itu syirik… (HR. Ahmad 3759, Abu Daud 3912, Ibnu Majah 3667 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth)
Karena itu, ketika anda meyakini tanggal 26 menjadi tanggal bencana, tanggal sial, kemudian ini menjadi pertimbangan anda untuk menggagalkan rencana anda, maka anda terjebak dalam tiyaroh.
Kembalikan kepada Allah
Dialah yang Maha Kuasa. Dia menetapkan apapun sesuai Yang Dia kehendaki. Karena itu, untuk menutup celah terjadinya kesyirikan, atau keyakinan yang lebih parah, islam mengajarkan agar kita mengembalikan setiap kejadian kepada Allah.
Dan jika itu bentuknya musibah, kita perlu ingat bahwa itu semua disebabkan dosa dan maksiat yang diperbuat manusia.
Ada satu ayat yang sering didengungkan ketika terjadi musibah. Itulah firman Allah di surat Ar-Rum:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di daratan dan di lautan, disebabkan perbuatan tangan-tangan manusia. Agar Allah merasakan sebagian dari perbuatan yang mereka lakukan, supaya mereka kembali.” (QS. Ar-Rum: 41).
Ada satu hal yang telah menjadi mindset hampir semua orang terkait ayat ini, tafsir ‘perbuatan tangan-tangan manusia’ dipahami hanya terbatas pada sikap manusia yang tidak ramah terhadap lingkungan. Mereka menyimpulkan bahwa banjir, gempa bumi, tanah longsor, atau bencana apapun bentuknya, disebabkan sikap manusia yang tidak disiplin dalam mengelola lingkungan.
Di saat banjir mulai melanda, rame-rame orang menyalahkan buang sampah sembarangan, infrastruktur yang kurang diperhatikan pemerintah, eksploitasi alam yang tidak terkontrol, dst…
Namun, kita perlu sadar, ternyata sebab utama bencana alam, tidak hanya dalam bentuk lahiriyah sebagaimana anggapan di atas. Ada sebab terpenting yang ternyata belum dipahami kebanyakan orang. Sebab itu adalah maksiat.
Perbuatan maksiat dan kedurhakaan kepada Sang Pencipta, merupakan sebab terbesar Allah mendatangkan bencana alam. Dosa dan maksiat adalah sebab terbesar Allah mendatangkan banjir. Itulah tafsir yang dipahami oleh para sahabat ulama masa silam terhadap surat Ar-Rum di atas.
Berikut diantara tafsir mereka,
At-Thabari menyebutkan ketarangan dari Al-Hasan Al-Bashri ketika menafsirkan ayat ini,
أفسدهم الله بذنوبهم، في بحر الأرض وبرها بأعمالهم الخبيثة
“Allah menghancurkan mereka disebabkan dosa mereka, berupa kerusakan di daratan maupun dilautan, disebabkan perbuatan buruk mereka..” (Tafsir At-Thabari, 20/108).
As-Suyuthi menyebutkan keterangan dari Abu Bakr bin Ayyasy, ketika beliau ditanya tentang ayat ini, beliau berkomentar,
إِن الله بعث مُحَمَّدًا إِلَى أهل الأَرْض وهم فِي فَسَاد فأصلحهم الله بمحمدا صلى الله عَلَيْهِ وَسلم فَمن دَعَا إِلَى خلاف مَا جَاءَ بِهِ مُحَمَّد صلى الله عَلَيْهِ وَسلم فَهُوَ من المفسدين فِي الأَرْض
“Sesungguhnya Allah mengutus Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ke penduduk bumi ketika mereka dalam kondisi rusak (masa jahiliyah). Kemudian Allah memperbaiki mereka dengan mengutus Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Siapa yang mengajak kepada perbuatan yang bertentangan dengan apa yang dibawa oleh Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, berarti dia termasuk orang yang berbuat kerusakan di muka bumi.” (Ad-Dur Al-Mantsur, 3/477).
Dikisahkan oleh Shofiyah radhiyallahu ‘anha, tentang gempa yang terjadi di zaman Umar radhiyallahu ‘anhu,
“Pernah terjadi gempa bumi di Madinah pada masa Umar radhiyallahu ‘anhu, sehingga beberapa pagar roboh, lalu Umar berkhotbah:
أيها الناس ، ما هذا ؟ ما أسرع ما أحدثتم . لئن عادت لا تجدوني فيها
Wahai sekalian manusia, apa yang terjadi? Betapa cepatnya maksiat yang kalian lakukan. Jika terjadi gempa bumi lagi, kalian tidak akan menemuiku lagi di Madinah.” (HR. Baihaqi dalam Sunan-nya (3/342), Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushonnaf (2/473) dengan sanad yang shahih).
Gempa itu belum pernah terjadi di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Umar khawatir, dia juga tertimpa sebab maksiat yang dilakukan manusia. Beliau mengancam, jika terjadi gempa yang kedua, beliau akan keluar madinah.
Setelah memahami hal ini, dan dengan adanya musibah, selayaknya kita berusaha untuk semakin dekat dengan Allah. Memohon ampunan kepada-Nya seraya berharap agar Dia segera melepaskan kaum muslimin dari musibah ini.
قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَاباً مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعاً وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الْآياتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ * وَكَذَّبَ بِهِ قَوْمُكَ وَهُوَ الْحَقُّ قُلْ لَسْتُ عَلَيْكُمْ بِوَكِيلٍ * لِكُلِّ نَبَأٍ مُسْتَقَرٌّ وَسَوْفَ تَعْلَمُونَ
Katakanlah: “Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya)”. Dan kaummu mendustakannya (azab) padahal azab itu benar adanya. Katakanlah: “Aku ini bukanlah orang yang diserahi mengurus urusanmu”. Untuk setiap berita (yang dibawa oleh rasul-rasul) ada (waktu) terjadinya dan kelak kamu akan mengetahui.” (QS. Al-An’am: 65 – 67)
Allahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits
**| republished by Lentera Kabah
Lentera Kabah
Tidak ada komentar