logo blog

Rektor ITS: Hidup kita ringan, jalankan perintah Al Quran, selesai

Rektor ITS: Hidup kita ringan, jalankan perintah Al Quran, selesai

Rektor ITS: Hidup kita ringan, jalankan perintah Al Quran, selesai
Rektor Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, Prof. Jony Hermana

SURABAYA (Lenterakabah) – Rektor Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, Prof. Jony Hermana mengatakan bahwa amanah adalah pekerjaan yang harus dilakukan dan tidak boleh ditinggalkan. Jika merasa tidak mampu, hendaknya tetap dilaksanakan sebisa mungkin dengan istiqomah sesuai batas kemampuan. Kenapa demikian? Karena Allah Subhaanahu wa Taalaa lebih mencintai pekerjaan yang terus dilakukan dan tidak putus di tengah jalan.

“Pada prinsipnya kita diamanahkan harus berfikir, orang yang mempunyai amanah harus diemban sebaik mungkin, karena itu yang saya usahakan selama itu menegakkan amanah Allah saya lakukan,” katanya belum lama ini.

Prof. Jony, demikian beliau disapa, melengkapi penjelasannya dengan menyetir salah satu hadits dari Aisyah radhiyallahu anha- yang artinya, “Amalan yang paling dicintai oleh Allah Taala adalah amalan yang kontinyu walaupun itu sedikit”.

Ia kemudian memberikan contoh mengenai keistiqomahan dalam beribadah. Allah Subhaanahu wa Taalaa, katanya, sudah menyatakan bahwa sedekah dan berbagi yang dilakukan karena Allah tidak akan menyulitkan semua orang. Tetapi masih saja ada yang tidak percaya dengan janji itu dan kemudian tidak istiqomah dalam bersedekah. Mungkin pada awalnya mau bersedekah, namun kemudian pada titik tertentu dia berhenti. Saat kondisi ekonominya menurun, dia tidak lagi mau bersedekah. Padahal semestinya dia terus berusaha bersedekah dengan nominal yang disesuaikan dengan banyaknya harta yang dimilikinya.

Peraih gelar Doctor of Philoshopy inipun sudah mengamati pengalamanya saat amanahnya mentok menjadi orang nomor satu di perguruan tinggi, yakni seorang rektor. Prof. Jony melihat bahwa Allah Subhaanahu wa Taalaa yang menyebabkan dirinya menjadi seperti sekarang ini. Maka ia pun selalu berusaha mengingat-ngingat apa yang Allah firmankan dalam Ar-Rahman ayat 13: “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan”. Maka atas karunia Alah tersebut, dia berusaha bersyukur dengan istiqomah dalam bersedekah.

Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa bentuk rasa syukur bisa dilakukan dengan mematuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Celakalah orang yang kufur nikmat, dan berbahagialah orang yang bisa mensyukuri nikmat. Karena ketika kita bersyukur, Allah menambahkan nikmat-Nya. Allah berfirman, “la in syakartum laa adziidanakum wa la’in kafartum inna azabi lasyadid” yang artinya, “Sesungguhnya jika (kamu) bersyukur pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya azab-Ku akan sangat pedih” (QS. Ibrahim ayat 7).

“Maka seharusnya kita bersyukur dengan ketetapan Allah. Semakin banyak kita bersyukur, Allah akan memberikan kita nikmat yang lebih banyak dan tidak terduga,” terang lelaki kelahiran Bandung, 18 Juni 1960.

Hakekat kaya

Dalam suatu kesempatan, yaitu saat berbicara di hadapan publik, sosok ayah dengan 4 anak ini pernah menyatakan bahwa harta kita yang sesungguhnya bukanlah uang yang ada di deposito, mobil, ataupun rumah. Akan tetapi harta yang benar-benar milik kita adalah harta yang disedekahkan, dan harta tersebut akan menjadi tabungan atas nama kita di akhirat kelak.

Alumni Master of Science (Environmental Sanitation), University of Ghent, Belgium ini kemudian memaparkan bahwa orang kaya sesungguhnya bukanlah orang yang paling banyak memiliki uang. Ia membuat perbandingan antara dua orang. Orang pertama memiliki 100 juta dan orang kedua memiliki 100 milyar. Kalau dihitung berdasarkan matematika duniawi, maka orang kaya adalah orang kedua, yaitu pemilik uang 100 milyar. “Inilah yang disebut dengan fitnah duniawi,” ucap Dewan Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jawa Timur tahun 2004 – 2006 ini.

Padahal hakikat ukuran kaya seseorang bukan dilihat dari matematika duniawi, melainkan matematika akhirat. Semakin banyak dia memiliki tabungan akhirat (baca: sedekah), maka di hadapan Allah akan semakin kaya.

“Iya kan jadi harta kita adalah sedekah, zakat, Allah sudah mengajarkan itu, bukan berarti saya baik, saya lemah yang hanya menjalan kewajiban-Nya, Allah sudah mengariskan, ikutin saja perintah-Nya”, tegas penggemar traveling ini.

“Amanah untuk berbagi, sedekah dan zakat sudah tertulis di dalam Al-Quran, sebenarnya hidup kita ringan, jalankan perintah Al-Quran, selesai,” tutupnya.

Andre Rahmatullah, anggota PENA Jawa Timur

(azm/*)

Topik: al-qur'an, rektor its


Lentera Kabah

Share this:

Enter your email address to get update from ISLAM TERKINI.

Tidak ada komentar

About / Contact / Privacy Policy / Disclaimer
Copyright © 2015. Fajar Islam - All Rights Reserved
Template Proudly Blogger