Oleh: Hj Irena Handono
Pakar Kristologi, Pendiri Irena Center
SEORANG Yahudi Jerman Paul Schmidt menulis sebuah buku dengan judul “Islam, The Power of Tomorrow” yang terbit pada 1936. Dalam buku tersebut ia mengatakan bahwa kehebatan Islam ada tiga, yakni “their faith”, “their wealth” dan “their vertility”.
Their Faith, ia menjelaskan bahwa keimanan umat Islam tergantung dari pada bukunya (Alquran). Their Wealth, ia mengatakan bahwa bumi yang didiami oleh Muslim sangatlah kaya, baik di atasnya maupun di bawahnya. Dan ia mengimbau agar tidak membiarkan Muslim mengolah sendiri kekayaan alamnya. Their Fertility, kesuburan umat Islam. Paul Schmidt mengatakan, “Hai Barat, suatu saat nanti di mana pun kalian menginjakkan kaki, kalian akan bertemu orang Islam.” Maka kemudian dibuatlah program kontrol kelahiran (Birth Control atau Family Planning).
Hermeneutika
Salah satu cara menjauhkan Muslim dari Alquran adalah dengan penggunaan teori Hermeneutik. Apakah Hermeneutik? Hermeneutik adalah ilmu tafsir dalam Kristen. Ada beberapa metode tafsir dalam Kristen, yakni a. Exegese (mengungkap kebenaran berdasarkan bahasa asli, sehingga kebenaran akan muncul dengan sendirinya); b. Eisegese (merohanikan yang sudah rohani. Ide manusia yang didukung dengan ayat); dan c. Alegoris (merohanikan benda sebagai simbol yang memiliki arti).
Hermeneutika ini sebenarnya dibutuhkan untuk gereja bukan untuk Islam. Semua rohaniawan Kristen membutuhkan ilmu ini agar jelas, tidak salah dalam menyampaikan pesan Bibel. Dengan exegese ingin dicapai suatu kesimpulan bahwa yang benar adalah Bibel. Seseorang yang mempelajari metode exegese terhadap Bibel, orang tersebut tanpa sadar dibangun keyakinannya menjadi semakin kuat terhadap Bibel bahwa Bibel itulah yang benar. Sampai pada akhirnya mereka akan meyakini bahwa tidak ada lagi pewahyuan.
Dengan exegese itu ingin ditampilkan bahwa Bibel itu kitab suci yang tidak bercacat dan itu adalah kebenaran yang mutlak. Bibel dijadikan standar yang absolut. Ketika rohaniawan Kristen mempelajari exegese akan mempunyai pemikiran bahwa kitab selain Bibel adalah tidak benar.
Menyelamatkan Ayat-ayat Bibel
Sebagai contoh hermeneutika, ada dua buah surat yang satu ditulis pada tahun 1969 dan yang satunya ditulis pada tahun 1972. Secara eksplisit keduanya kalimatnya sama. Surat yang pertama ditulis, “Untuk yang terhormat Tante Girang”. Surat yang kedua ditulis dengan redaksi yang sama, “Untuk yang terhormat Tante Girang”. Ketika kita meminta pendapat pada orang, apakah makna kalimatnya sama? Maka pada umumnya orang akan berpikir negatif karena ditujukan kepada Tante Girang. Tapi ketika dipelajari dengan metode tafsir hermenuetik, akan dilihat sejarah perkembangan istilahnya, latar belakang penulisan. Ternyata surat itu ditulis pada tahun 1969 yang berbeda dengan tahun 1972. Pada tahun 1969 ketika itu istilah Tante Girang tidak bermakna negatif, tapi justru positif yang menggambarkan seorang Ibu yang bahagia yang walaupun tidak dikaruniai anak bertahun-tahun tetapi tetap bahagia dan bersyukur.
Namun selepas tahun 1972, makna istilah Tante Girang mengarah pada seorang perempuan yang tidak pernah puas dalam hal hubungan biologis. Nah ketika dalam Bibel ditemukan kalimat yang porno atau sadis, maka orang akan bilang “Oh itu pelecehan”. Tapi ketika dicek dengan metode hermeneutik ternyata maknanya tidak seperti itu. Maka dengan hermeneutik orang akan digiring untuk meyakini bahwa Bibel itu tidak bercacat.
Mementahkan Hukum dalam Alquran
Kaum SEPILIS-JIL berkali-kali mempermasalahkan kalimat “Penafsiran Menyimpang” di sidang Mahkamah Konstitusi Penodaan Agama sebagai alasan agar Mahkamah Konstitusi mencabut UU No.1 PNPS th.1965. Menurut kaum SEPILIS-JIL negara tidak bisa membatasi sebuah ‘penafsiran’ atas sebuah nilai-nilai agama apalagi menentukan menyimpang atau tidak. Sementara informasi di luar yang beredar mengatakan bahwa ada proyek dari kalangan JIL untuk membuat tafsir baru atas Alquran dengan metode Hermeneutika.
Jika ilmu tafsir ini digunakan pada Alquran maka bukan mengokohkan ayat-ayat Alquran tapi justru malah akan membuat semua syariat-syariat yang terkandung dalam Alquran sebagai aturan-aturan yang tidak mengikat atau dengan kata lain, akan mementahkan Alquran sebagai hukum yang mengikat manusia. Maka sesungguhnya inilah niatan dari mereka untuk menjauhkan Muslim dari Alquran seperti yang disampaikan Paul Schmidt di atas.
**| republished by Lentera Kabah
Lentera Kabah
Tidak ada komentar