ANDA sudah tidak asing dengan sahabat Rasulullah ﷺ yang satu ini bukan? Ya, ia adalah Abu Bakar Ash Shiddiq. Ia merupakan orang yang menggantikan kepemimpinan setelah Rasulullah wafat. Ia dipercaya mampu memimpin kaum muslimin, sebagai khalifah pertama, sepeninggal Rasullah.
Menjadi pemimpin ternyata tidak semudah yang kita bayangkan. Seperti itulah yang dirasakan oleh Abu Bakar. Sepeninggal Rasulullah, banyak terjadi permasalahan. Salah satunya ada sekelompok orang yang menentang untuk membayar zakat.
Meski begitu, bukanlah sosok Abu Bakar, yang jika ditimpa suatu musibah kemudian mundur begitu saja. Ia memiliki cara tersendiri untuk mengatasi permasalahan seperti ini. Bagaimana cara ia menghadapi para penentang zakat?
Dalam menyikap kelompok penentang zakat terjadi perbedaan pendapat di antara para tokoh sahabat. Namun, Abu Bakar tetap teguh pada pendiriannya yang akhirnya disetujui oleh semua sahabat, yakni memerangi gerombolan murtadin dan penentang zakat.
Dari Abu Hurairah berkata, “Ketika Rasulullah ﷺ wafat kemudian Abu Bakar menjadi khalifah, dan sebagian orang-orang melakukan kemurtadan, Umar berkata kepada Abu Bakar, ‘Bagaimana Anda akan memerangi mereka (penentang zakat) sementara Rasulullah ﷺ bersabda,
“Aku perintahkan untuk memerangi manusia samapi mereka mengatakan, ‘Tiada Illah selain Allah.’ Maka, siapa yang mau mengucapkannya dia telah menyelamatkan harta dan nyawanya dariku kecuali dengan haknya, sedang hisab (perhitungan) nya ada pada Allah?”
Abu Bakar menjawab, ‘Demi Allah, andaikata mereka menghalangiku mengambil tali unta, yang dulu mereka tunaikan kepada Rasulullah, aku akan memerangi mereka karena hal tersebut.’
Umar berkata, ‘Demi Allah, aku hanya bisa melihat bahwa Allah telah melapangkan dada Abu Bakar untuk mengambil langkah perang dan akhirnya aku yakin bahwa itu adalah kebenaran.’
Dalam riwayat lain, sungguh aku akan memerangi orang yang memisahkan antara shalat dan zakat karena sesungguhnya zakat adalah haq harta. Demi Allah, andaikata mereka menghalangiku mengambil anak kambing betina yang dulu mereka tunaikan kepada Rasulullah niscaya aku akan memerangi mereka karena hal tersebut…,”
Sikap bijaksana Abu Bakar dalam masalah ini menjadi bukti nyata akan keberanian dan wawasannya yang lebih luas dibanding dengan lainnya. Yakni, ia tetap teguh pendirian untuk berperang di medan pertempuran yang merupakan nikmat terbesar setelah Rasulullah ﷺ bagi muslimin. Berijtihad berdasarkan kapasitas ilmu yang dikuasai dengan penuh kebijaksanaan, kecermatan dan logika yang mantap.
Sungguh luar biasa bukan? Abu Bakar merupakan contoh pemimpin yang bijaksana. Ia tidak gegabah dalam mengambil keputusan. Ia pikirkan dan musyawarahkan dengan para sahabat lainnya. Dan ia tetap berpegang teguh pada jalan yang dianggap benar dan demi kemaslahatan bersama.
**| republished by Lentera Kabah
Lentera Kabah
Tidak ada komentar