SETIAP muslim memiliki tanggungjawab besar di dunia ini. Terutama bagi dia yang memiliki pengetahuan mengenai kebenaran, maka ia wajib menyampaikannya. Ia juga harus mau mencegah dari kemungkaran. Meski ia harus mendapat cercaan dan hinaan.
Rasulullah ﷺ dalam hidupnya tak pernah mendapat kebahagiaan yang berarti. Beliau selalu dihina, dicaci dan dimaki bahkan melecehkannya, tetapi ia tetap tegar dan sabar. Beliau selalu berusaha menyeru pada kebenaran. Inilah yang seharusnya menjadi pembakar semangat kita. Di mana Rasulullah ﷺ pun berusaha sekuat mungkin demi kebenaran, masa kita enggan untuk melakukannya?
Jika jiwa pemberi kabar kebenaran sudah ada dalam diri kita, maka langkah pertama, jangan kita meluruskan orang lain. Tetapi, luruskan dulu keluarga kita. Sebagaimana yang dilakukan oleh Umar bin Khaththab.
Umar bersikap tegas terhadap keluarganya. Apabila hendak memerintahkan sesuatu atau melarang sesuatu demi mewujudkan maslahat, keselamatan dan kebahagiaan semua orang, dia mulai dari keluarganya. Menasehati dan mengancam apabila mereka membandel.
Diceritakan dari Salim bin Abdullah bin Umar berkata, “Apabila Umar hendak menyampaikan khutbah dan melarang sesuatu dia mengumpulkan keluarganya terlebih dahulu lalu berkata, ‘Aku akan melarang manusia dari ini dan itu. Sesungguhnya mereka menilai kalian ibarat burung (elang) melihat daging. Aku bersumpah atas nama Allah, apabila ada dari anggota keluargaku yang melanggarnya, maka aku akan melipatkan hukuman kepadanya’.”
Ini termasuk salah satu sifat yang sangat agung. Karena memang masyarakat akan menilai kepribadian seorang da’i dan menyoroti seberapa jauh dia mampu menerjemahkan ajaran yang dia saampaikan dalam konteks amaliyah (perbuatan) dan qauliyah (ucapan). Juga seberapa jauh dia mampu mengaplikasikannya dalam keluarga dan orang yang ada di bawah tanggungjawabnya.
**| republished by Lentera Kabah
Lentera Kabah
Tidak ada komentar