Oleh: Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihiwa sallam, keluarganya, shahabatnya serta orang-orang yang mengikuti petunjuknya.
Sungguh telah tersebar ditengah masyarakat, baik masyarakat penulis maupun masyarakat bukan penulis, satu ilmu yang dinamakan ilmu memanggil roh. Mereka mengaku bisa memanggil roh orang-orang mati dengan cara yang ditemukan oleh para tukang sihir. Mereka bertanya kepada para roh kabar tentang nikmat dan siksa yang dialami oleh orang-orang mati serta masalah-masalah lain yang kira-kira arwah dianggap mengetahuinya dalam kehidupan mereka (di alam kubur).
Aku telah banyak meneliti (merenungi) permasalahan ini sehingga jelas bagiku bahwa ilmu memanggil roh adalah ilmu yang batil. Dan ilmu tersebut merupakan permainan syetan yang bertujuan merusak aqidah dan akhlaq, menipu kaum muslimin dan menyeret mereka hingga sampai pada sikap mengaku tahu terhadap perkara ghaib dalam banyak masalah. Oleh sebab itu aku merasa perlu menulis kalimat ringkas ini untuk menjelaskan kebenaran, menasehati ummat serta menyingkap penipuan terhadap manusia.
Maka aku katakan, tidak diragukan lagi bahwa masalah ini sebagaimana masalah-masalah yang lain harus dikembalikan kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apa saja yang ditetapkan Al-Qur’an dan Sunnah atau salah satunya maka kita harus menetapkannya dan apa saja yang dinafikan (ditiadakan) Al-Qur’an dan Sunnah atau salah satunya maka kitapun harus menafikannya. Sebagaimana firman Allah.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَطِيعُوا اللهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِى اْلأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ ذَلِكَ خَيْرُُ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
“Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul(-Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Alquran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. [An-nisa’ 59]
Masalah roh merupakan perkara ghaib yang hakikatnya hanya diketahui Allah saja. Orang tidak boleh sibuk membicarakannya kecuali berdasarkan dalil syar’i. Allah berfirman.
عَالِمَ الْغَيْبِ فَلاَ يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا إِلاَّمَنِ ارْتَضَى مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا
“(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya”. [Al-Jin 26-27]
قُل لاَّيَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللهُ
“Katakanlah:”Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”, [An-Naml 56]
Para ulama berbeda pendapat dalam memahami maksud roh (arwah) yang terdapat dalam Al Qur’an, surah Al-Isra’ 85.
وَيَسْئَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَآأُوتِيتُم مِّنَ الْعِلْمِ إِلاَّ قَلِيلاً
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah:”Roh itu termasuk urusan Rabb-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”.
Sebagian ulama mengatakan, bahwa maksudnya adalah roh yang ada pada badan. Berdasarkan pendapat ini maka ayat diatas merupakan dalil bahwa roh termasuk urusan Allah, tidak diketahui oleh manusia sedikitpun kecuali yang diberitahukan oleh Allah. Karena masalah roh merupakan satu di antara sekian banyak masalah yang khusus menjadi rahasia Allah. Dia menutup persoalan ini terhadap makhluk-Nya.
Sementara itu Al-Qur’an dan Sunnah yang shahih dari Rasullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menunjukkan bahwa roh orang yang sudah meninggal dunia akan tetap hidup setelah kematian jasad. Diantara yang menunjukkan hal tersebut adalah firman Allah.
اللهُ يَتَوَفَّى اْلأَنفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ اْلأُخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى
“Allah memegang jiwa (roh seseorang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (seseorang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Ia tahan jiwa (roh orang) yang telah ia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan lagi jiwa (roh) yang lain sampai waktu yang ditentukan” [Az-Zumar 42]
Ada riwayat yang shahih, bahwa pada perang Badar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mengurus 24 orang bangkai pemuka Quraisy , mereka dilemparkan kedalam sebuah sumur busuk yang ada di Badar. Manakala beliau sudah mengalahkan kaum (Musyrikin Quraisy), beliau tinggal di tanah Badar yang menjadi lengang selama 3 malam. Setelelah beliau berada di sana pada hari yang ketiga, beliau memerintahkan untuk mempersiapkan binatang tungganngannya, lalu dipasang dan dikuatkanlah pelananya.
Kemudian beliau berjalan diiringi oleh para shahabatnya. Para shahabat berkata, “kami tidak melihat beliau beranjak kecuali dengan maksud memenuhi sebagian kebutuhannya. Sampai akhirnya beliau berdiri di sisi bibir sumur, kemudian beliau memanggil bangkai-bangkai pembesar kafir Quraisy (yang terkubur di dalam sumur) tersebut dengan menyebutkan nama-nama mereka dan nama bapak-bapak mereka, “Wahai Fulan bin fulan, Wahai Fulan bin fulan, Bukankah kalian akan senang jika kalian mentaati Allah dan rasulNya?
Sesungguhnya kami benar-benar telah mendapatkan apa yang telah dijanjikan oleh Rabb kami. Bukankah kalian juga telah benar-benar mendapatkan apa yang dijanjikan oleh Rabb kalian.” Umar berkata, “Wahai Rasulullah kenapa anda berbicara dengan jasad-jasad yang tidak memiliki roh ?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tanganNya, kalian tidak lebih baik pendengarannya terhadap apa yang aku katakan dibanding mereka, hanya saja mereka tidak mampu menjawab” [HR. Bukhari, Kitab al-Maghazi, no.3976. Fathul Bari VII/300-301]
Juga terdapat riwayat yang shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa mayit bisa mendengar suara sandal (sepatu) orang-orang yang mengantarnya ketika mereka meninggalkan (kuburan)nya.
Imam Al Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Kaum salaf telah bersepakat atas hal ini. Atsar dari mereka sudah mutawatir bahwa mayit mengetahui jika ada orang yang menziarahinya dan merasa bahagia dengan ziarah tersebut”.
Selanjutnya Ibnul Qayyim menukil perkataan Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu dalam menafsirkan firman Allah.
اللهُ يَتَوَفَّى اْلأَنفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ اْلأُخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى
“Allah memegang jiwa (roh seseorang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (seseorang) yang belum mati di waktu tidurnya ; maka Ia tahan jiwa (roh orang) yang telah ia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan lagi jiwa (roh) yang lain sampai waktu yang ditentukan”. [Az-Zumar 42}
“Telah sampai kepadaku bahwasanya roh orang-orang yang masih hidup dan yang sudah mati bisa bertemu didalam tidur (mimpi-red) kemudian mereka saling bertanya, lalu Allah menahan roh orang yang sudah mati dan mengembalikan roh orang yang masih hidup ke jasadnya.”
Kemudian Ibnul Qayyim berkata, “Sungguh pertemuan antara roh orang-orang yang masih hidup dengan roh orang-orang yang sudah meninggal menunjukkan bahwa orang yang masih hidup bisa melihat orang yang sudah meninggal dalam mimpinya dan menanyainya hingga orang yang sudah mati menceritakan apa yang tidak diketahui oleh yang masih hidup. Atas dasar inilah terkadang berita orang yang hidup (tentang keadaan orang yang sudah mati) bisa pas sesuai dengan kenyataan.”
Demikianlah yang dipegang oleh Salafus Shalih, yaitu roh orang-orang yang sudah mati tetap ada dan bisa mendengar sampai waktu yang dikehendaki Allah. Tetapi tidak benar, kalau roh-roh itu bisa berhubungan dengan orang-orang yang masih hidup selain dalam mimpi.
Begitu pula tidaklah benar pengakuan para tukang sihir tentang kemampuan mereka mendatangkan roh orang-orang mati yang diinginkan, lalu mengajaknya berbicara dan bertanya-tanya (berbagai hal) kepadanya. Ini adalah pengakuan yang batil, tidak ada dalil yang menguatkannya baik dalil naqli (Al-Qur’an dan Hadits-pent) maupun dalil aqli. Allahlah yang Maha Mengetahui masalah roh. Dialah yang mengatur roh. Dia pulalah yang berkuasa mengembalikan roh tersebut ke jasad manusia kapan saja Ia kehendaki. Hanya Allah yang Maha mengatur kerajaanNya dan ciptaanNya, tidak ada yang bisa menandingiNya.
Sedangkan orang yang beranggapan selain itu (tidak mengakui kekuasaan Allah-pent) maka dia hanya beranggapan tanpa berdasarkan ilmu dan dia berdusta kepada manusia tentang berita-berita roh yang dia sebarkannya. Hal itu mungkin untuk tujuan mendapatkan harta atau untuk menunjukkan kemampuannya yang tidak dimiliki orang lain atau untuk menipu manusia dengan maksud merusak agama dan akidah mereka.
Apa yang diaku-aku oleh para dajjal ini, yaitu memanggil roh-roh sebenarnya adalah roh-roh syetan. Mereka memberikan pelayanan kepada syetan-syetan itu dengan cara menyembahnya dan memenuhi permintaannya. Roh-roh syetan tadi membantu para dajjal ini dengan bantuan yang diminta dengan cara berdusta dan berbuat dosa dalam menjiplak nama orang-orang mati yang dipanggil para dajjal itu. Allah berfirman.
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ اْلإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا وَلَوْ شَآءَ رَبُّكَ مَافَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَايَفْتَرُونَ . وَلِتَصْغَى إِلَيْهِ أَفْئِدَةُ الَّذِينَ لاَيُؤْمِنُونَ بِاْلأَخِرَةِ وَلِيَرْضَوْهُ وَلِيَقْتَرِفُوا مَاهُم مُّقْتَرِفُونَ
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syetan-syetan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Rabbmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkan mereka dan apa yang mereka ada-adakan. Dan (juga) agar hati kecil orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat cenderung kepada bisikan itu, mereka merasa senang kepadanya dan supaya mereka mengerjakan apa yang mereka (syetan) kerjakan”. [Al-An’am 112-113]
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا يَامَعْشَرَ الْجِنِّ قَدِ اسْتَكْثَرْتُم مِّنَ الإِنسِ وَقَالَ أَوْلِيَآؤُهُم مِّنَ اْلإِنسِ رَبَّنَا اسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا بِبَعْضٍ وَبَلَغْنَآ أَجَلَنَا الَّذِي أَجَّلَتْ لَنَا قَالَ النَّارُ مَثْوَاكُمْ خَالِدِينَ فِيهَآ إِلاَّ مَاشَآءَ اللهُ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ
“Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya, (dan Allah berfirman):”Hai golongan jin (syetan), sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan) manusia”, lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia:”Ya Rabb kami, sesungguhnya sebahagian dari pada kami telah dapat kesenangan dari sebahagian (yang lain) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami”. Allah berfirman:”Neraka itulah tempat diam kamu, sedang kamu kekal didalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)”. Sesungguhnya Rabbmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui”. [Al-An’am : 128]
Para Ulama tafsir menyebutkan, kesenangan jin terhadap manusia ialah karena pengabdian manusia kepada jin, dengan cara memberikan sesajian binatang sembelihan, bernadzar dan meminta-minta kepada jin. Sedangkan kesenangan manusia terhadap jin ialah karena pemenuhan jin terhadap kebutuhan yang diminta manusia, dan juga karena pemberitaan jin kepada manusia tentang beberapa perkara ghaib yang diketahuinya atau yang berhasil ia curi dengar atau yang hanya sekedar kedustaan yang dibuat-buat mengenai banyak persoalan yang rumit. Dan kedustaan inilah yang justeru paling banyak (dilakukan oleh jin).
Sekalipun sekiranya kita memastikan bahwa para tukang sihir itu tidak mendekatkan diri kepada roh (syetan) yang mereka datangkan dengan suatupun dari bentuk peribadatan, tetap saja hal itu tidak menunjukkan halal dan kebolehannya berhubungan dengan para roh syetan tersebut. Karena meminta kepada syetan, peramal, tukang tenung dan ahli nujum dilarang menurut syari’i. Dan mempercayai apa yang mereka beritahukan merupakan larangan yang paling keras dan dosa paling besar bahkan ini merupakan cabang kekufuran, Berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِيْنَ لَيْلَةً
“Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal lalu bertanya tentang sesuatu, tidak diterima shalatnya selama 40 malam”
Dalam Musnad Imam Ahmad dan kitab-kitab Sunan, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda.
مَنْ أَتَى كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ n
“Barangsiapa yang mendatangi tukang tenung dan membenarkan apa yang dia ucapkan maka sesungguhnya dia telah kafir terhadap yang apa yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam”.
Banyak hadits serta atsar (perkataan shahabat-pent) yang semakna dengan ini. Dan tidak diragukan lagi bahwa roh-roh yang –menurut prasangka mereka- bisa mereka panggil, masuk dalam kategori yang dilarang oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebab roh-roh yang dipangggil itu sejenis dengan roh-roh syetan yang menjadi pendamping tukang tenung dan tukang ramal, maka hukumnya sama. Karena itu tidak boleh bertanya (meminta) kepadanya, memanggilnya dan mempercayainya. Semua itu diharamkan dan termasuk kemungkaran. Bahkan semua itu batil berdasarkan hadits-hadits serta atsar-atsar yang telah di dengar di muka dalam masalah ini. Di samping itu juga karena berita yang mereka ambil dari roh-roh ini termasuk perkara ghaib, padahal Allah berfirman.
قُل لاَّيَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللهُ
“Katakanlah:”Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”. [An-Naml : 65]
Terkadang roh-roh yang mereka panggil ini adalah syetan yang menemani orang mati yang dipanggil rohnya. Lalu syetan ini memberitahukan apa yang ia ketahui tentang mayit ini semasa hidupnya sambil mengaku bahwa dialah arwah sang mayit. Oleh sebab itu tidak boleh mempercayainya, memanggilnya dan menanyainya sebagaimana dalil yang telah disebutkan. Dan apa yang ia panggil itu tidak lain hanyalah syetan dan jin yang membantu mereka sebagai imbalan dari persembahan yang mereka berikan kepada syetan tersebut, berupa peribadatan yang seharusnya tidak boleh ditujukan kepada selain Allah. Dengan cara demikian maka ia (orang yang memanggil arwah) sampai pada batas syirik akbar yang akan mengeluarkan sang pelaku dari Islam.
Lajnah Daimah (Dewan Tetap) Untuk Pembahasan Ilmiah dan Fatwa Saudi Arabia telah mengeluarkan fatwa tentang hipnotis yang merupakan salah satu jenis mendatangkan roh. Teks fatwa itu sebagai berikut:
“Hipnotis merupakan sebentuk praktek perdukunan dengan bantuan jin yang dipasang oleh si penghipnotis pada orang yang di hipnotis. Lalu jin itu berbicara dengan lidah orang yang dihipnotis dan memberinya kemampuan untuk mengerjakan sebagian pekerjaan dengan kekuatan jin yang ada pada dirinya, jika jin itu benar-benar patuh terhadap si penghipnotis, sebagai imbalan dari ibadah penghipnotis kepada jin. Lalu jin itu membuat orang yang dihipnotis mentaati kemauan si penghipnotis. Ia melakukan perbuatan-perbuatan yang dimaukan oleh sipenghipnotis karena adanya bantuan jin kerpadanya (penghipnotis), jika jin tersebut berbuat jujur kepadanya.
Berdasarkan (uraian-red) itu, maka menggunakan hipnotis dan menjadikannya sebagai cara untuk menunjukkan letak barang yang dicuri atau barang hilang atau untuk mengobati orang sakit atau untuk melakukan pekerjaan apa saja dengan perantara orang yang dihipnotis, hukumnya tidak boleh bahkan termasuk syirik seperti penjelasan yang telah lewat. Di samping itu juga karena termasuk berlindung kepada selain Allah, karena tidak mempergunakan sebab-sebab (usaha-usaha) wajar yang dijadikan sebagai sebab oleh Allah yang diperbolehkan bagi para makhlukNya. [Sampai disini fatwa Lajnah Daimah] [1]
Diantara orang yang membongkar hakikat anggapan bathil ini adalah Dr. Muhammad Muhammad Husain dalam kitabnya Ar-Ruhiyyah al-Haditsah, Haqiqatuha wa Ahdafuha. Dulunya, dia termasuk orang yang tertipu dengan sulap (sihir) ini dalam waktu yang cukup lama kemudian Allah memberikan petunjuk kepadanya menuju kebenaran. Kemudian dia membongkar kebohongan anggapan tersebut setelah dia mendalami ilmu itu dan tidak mendapatkan selain khurafat dan kebohongan, kemudian beliau membongkar kebohongan anggapan tersebut.
Dr Muhammad Muhammad Husein menyebutkan, orang yang memanggil roh menempuh cara yang berbeda-beda. Di antaranya ada yang pemula, mereka menggunakan gelas kecil atau cangkir yang digeser-geser diantara huruf-huruf yang tertulis di meja. Menurut anggapan mereka, jawaban roh yang dipanggil itu tersusun dari kumpulan urut-urutan huruf yang tergeser oleh geseran gelas atau cangkir tersebut. Di antaranya lagi lagi ada yang menggunakan keranjang. mereka menaruh pena dibibir keranjang, pena ini akan menulis jawaban dari soal yang diajukan penanya. Kemudian, di antaranya lagi ada yang bertumpu pada perantara seperti halnya perantara pada ilmu hipnotis.
Dr Muhammad Muhammad Husein menyatakan bahwa ia meragukan kebenaran orang yang mengaku mampu memanggil roh. Kenyataannya, ada orang dibelakang mereka yang mendorong mereka untuk berbuat semacam itu. Buktinya, ada propaganda yang bekerja untuk mereka. Sehingga Koran-koran dan majalah-majalah berlomba-lomba untuk mengikuti berita mereka dan menyebarkan pengakuan-pengakuan (bohong-red) mereka. Padahal sebelumnya media-media tersebut tidak bergairah untuk (memuat-red) berita menyangkut roh dan akhirat dan juga media-media itu tidak pernah menyeru kepada agama atau keimanan kepada Allah walaupun hanya sehari.
Beliau (Mumahammad Muhammad Husain) juga menyatakan bahwa mereka ini sangat antusias untuk menghidupkan dakwah Fir’aun dan dakwah-dakwah jahiliyah lainnya. Dia juga menyebutkan, orang-orang yang mempromotori ide ini merupakan orang yang sebenarnya tidak memiliki kedudukan atau kehormatan lalu mereka mengangkat sendiri kemuliaan dirinya dengan khayalan-khayalan. Orang yang paling terkenal mempromotori bid’ah ini adalah Oliver Lordge yang kehilangan anaknya dalam perang dunia pertama. Demikian juga pendiri lembaga Ruhiyah (menggeluti soal roh) di Mesir ; Ahmad Fahmi Abul Khair yang anaknya meninggal 1937 M setelah melewati masa penantian hadirnya anak tersebut dalam waktu cukup lama.
Dr Muhammad Muhammad Husein menyebutkan bahwa dia pernah melakukan bid’ah ini, dimulai dengan cangkir dan meja akan tetapi dia tidak merasa puas, sampai dengan menggunakan perantara dan dia berusaha melihat apa yang mereka akui sebagai penjelmaan roh atau suara dan mereka ceritakan sebagai bukti pengakuan mereka, namun dia tidak berhasil dan begitu juga yang yang lainnya. Karena memang sebenarnya tidak ada. Itu hanyalah permainan-permainan bohong yang didasarkan pada tipu muslihat tersembunyi yang jitu untuk menghancurkan agama. Sehingga tidak jauh beda dengan cara-cara zionisme internasional.
Ketika Muhammad Muhammad Husein tidak puas dengan pemikiran-pemikiran (ide-ide) yang merusak itu, bahkan ia dapat membongkar kebohongannya, maka ia mengundurkan diri darinya dan bertekad untuk menjelaskan hakikatnya kepada manusia. Ia juga mangatakan bahwa orang-orang menyimpang ini akan senantiasa menipu manusia sampai mereka berhasil mengeluarkan keimanan dari dada mereka dan mengeluarkan akidah yang telah tertanam di dalam jiwa mereka. Untuk selanjutnya mereka akan diseret menuju prasangka-prasangka dan khayalan-khayalan kacau yang membingungkan.
Orang-orang yang mengaku bisa memanggil roh ini tidak mengakui para rasul kecuali hanya sebagai penghubung persoalan roh saja. Sebagaimana perkataan pemimpin mereka, Arthur Findlay dalam bukunya ala haafati al’alam al-atsiiri tentang para nabi, “Mereka (para nabi) adalah perantara yang paling tinggi derajatnya diantara derajat-derajat perantara lainnya. Dan mukjizat para nabi itu tidak lain hanyalah fenomena-fenomena arwah, seperti fenomena-fenomena yang terjadi di tempat pemanggilan arwah.”
Dr Muhammad Muhammad Husein selanjutnya mengatakan, “Jika mereka gagal memanggil roh, mereka akan mengatakan, ‘perantara ini tidak berhasil atau tidak bersungguh-sungguh atau orang yang melihat tidak sepakat atau ada diantara yang hadir masih bimbang atau menentang’. Diantara anggapan mereka yang bathil adalah menganggap Jibril Alaihissallam datang ditempat perkumpulan mereka dan mendo’akannya. Semoga Allah menjelekkan mereka.
Demikianlah maksud dari penjelasan Dr. Muhammad Muhammad Husain.
Dari jawaban kami di muka dan dari penjelasan Lajnah Daimah serta penjelasan Dr. Muhammad Muhammad Husain tentang hipnotis, jelaslah kebohongan para pengaku pemanggil roh tentang (kemampuan) mereka mendatangkan roh orang mati, untuk kemudian ditanyai tentang apa saja yang mereka inginkan. Diketahui pula! bahwa semua ini merupakan perbuatan syetan dan permainan sulap yang bathil, termasuk dalam perbuatan yang dilarang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamn yaitu termasuk bertanya kepada tukang tenung, tukang ramal, ahli nujum dan orang yang semisal mereka. Dan wajib atas semua yang bertanggung jawab di Negara Islam untuk melarang kebathilan ini, memusnahkannya serta memberikan hukuman terhadap orang yang melakukannya sehingga dia berhenti. Sebagaimana juga wajib atas semua pemimpin redaksi majalah-majalah Islam supaya tidak memuat dan mengotori lembaran-lembaran mereka dengan kebathilan ini. Kalaupun terpaksa untuk memuatnya maka hendaklah sekedar untuk membantah, memberitahukan kebatilannya serta memperingatkan manusia terhadap permainan syetan baik yang berwujud manusia ataupun jin serta memberi peringatan terhadap tipu daya mereka kepada manusia.
Allah Maha berkata benar, Dialah yang menunjukkan jalan kebenaran. Dan hanya kepada Allahlah permohonan diajukan, agar hendaknya Dia memperbaiki kondisi kaum muslimin serta menganugerahkan pemahaman yang baik dalam masalah agama kepada mereka. Juga agar hendaknya Allah melindungi mereka dari tipu daya orang-orang jahat dan tipu daya wali-wali syetan. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas semuanya.
و صلى الله وسلم على نبينا محمد
(Diterjemahkan oleh Abu Zahra’ Marzuki Fauzi. Dari Mukhtarat Min Kitab Majmu’ Fatawa Wa Maqalat Mutanawwi’ah, Syaikh Bin Baz hal. 212 s/d 217. Pernah dimuat di media-media setempat dan media-media Islam tahun 1395H)
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun VII/1424H/2003 Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 08121533647, 08157579296]
_______
Footnote
[1]. Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz (ketua), Syaikh Abdurrozaq Afifi (wakil), Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Ghudayyan (anggota) dan Syaikh Abdullah bin Sulaiman Al-Mani’ (anggota)
**| republished by Lentera Kabah
Lentera Kabah
Tidak ada komentar