Pertanyaan:
Suamiku –semoga Allah memaafkannya– meski selalu membiasakan diri dengan akhlak-akhlak yang baik dan takut kepada Allah, namun tidak begitu menaruh perhatian dan menganggap penting diriku di dalam rumah, ia selalu bermuka masam dan sempit dada. Mungkin Anda berkomentar bahwa akulah penyebabnya. Tetapi Allah tahu bahwa aku – alhamdulillah – selalu menunaikan hak-haknya, berusaha memberikan ketenangan dan kedamaian untuknya, menjauhkan segala hal yang membuatnya susah, dan bersabar atas segala perlakuannya terhadapku.
Setiap kali aku menanyakan suatu hal atau bicara kepadanya mengenai suatu urusan, ia mudah marah dan naik pitam, sambil mengatakan bahwa itu pembicaraan yang remeh dan tidak pantas; walaupun aku tahu bahwa ia selalu bermuka ceria saat bersama teman-teman dan koleganya. Sedangkan aku hanya mendapat hinaan dan perlakuan yang buruk darinya.
Setiap kali aku menanyakan suatu hal atau bicara kepadanya mengenai suatu urusan, ia mudah marah dan naik pitam, sambil mengatakan bahwa itu pembicaraan yang remeh dan tidak pantas; walaupun aku tahu bahwa ia selalu bermuka ceria saat bersama teman-teman dan koleganya. Sedangkan aku hanya mendapat hinaan dan perlakuan yang buruk darinya.
Perlakuannya itu menyakitkan dan ia banyak menyiksaku, sehingga aku beberapa kali merasa bimbang untuk meninggalkan rumah. Alhamdulillah, aku adalah seorang wanita yang cukup berpendidikan dan selalu menunaikan apa yang diwajibkan Allah atas diriku.
Apakah aku berdosa bila meninggalkan rumah, lalu mendidik anak-anakku dan memikul kesulitan hidup sendirian? Ataukah aku harus tetap bersamanya dengan kondisi demikian dan menahan diri dari membicarakan, turut campur, dan mengetahui masalah-masalahnya?
Jawaban:
Tidak ragu lagi bahwa wajib atas pasangan suami-istri untuk bergaul dengan baik, saling menghadapkan wajah yang penuh cinta dan akhlak yang utama, disertai akhlak yang baik dan keceriaan; berdasarkan firman Allah ‘Azza wa Jalla:
“Dan bergaullah dengan mereka secara patut.”
Dan firman-Nya
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf. Tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan dari istrinya.” (QS. Al-Baqarah: 228)
Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Al-Birr (kebajikan) adalah akhlak yang baik.”
Dan sabda beliau ‘alaihish shalatu was salam,
“Jangan meremehkan kebaikan sedikit pun, walaupun hanya menyambut saudaramu dengan wajah yang ceria.”
Kedua hadis tersebut diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab shahihnya.
Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Orang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik kepada istrinya. Dan aku adalah orang yang terbaik kepada istriku.” (Diriwayatkan oleh Muslim).
Dan masih banyak hadis lain yang menunjukan hasungan untuk berakhlak baik, menberikan sambutan yang baik, dan bergaul dengan baik saat bersama kebanyakan kaum muslimin; maka bagaimanakah bila itu antara suami-istri dan kerabat?
Anda telah memaksimalkan kesabaran Anda dan menerima segala akibat yang ditimbulkan oleh kekasaran dan akhlak yang buruk dari suami Anda. Aku menasihati Anda untuk menambah kesabaran dan tidak meninggalkan rumah, karena banyak kebaikan dalam tindakan tersebut, insya Allah, serta akibat yang baik; berdasarkan firman-Nya:
“Dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfal: 46)
Dan firman-Nya ‘Azza wa Jalla,
“Sesungguhnya barangsiapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Yusuf: 90)
Dan fimrman-Nya Subhanahu wa Ta’ala:
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 39)
Juga firman-Nya ‘Azza wa Jalla:
“Maka bersabarlah; sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Hud: 49)
Tidak ada larangan bersenda gurau serta berbicara kepadanya dengan kata-kata yang melunakkan hati, membuat ia berwajah ceria kepada Anda dan mengetahui hak-hak Anda. Jauhilah meminta kebutuhan-kebutuhan duniawi, selama ia terus menunaikan urusan-urusan penting yang wajib, hingga hatinya terasa longgar dan dadanya terasa lapang menerima tuntutan-tuntutan anda yang rasional. Insya Allah Anda akan mensyukuri hasil akhirnya.
Semoga Allah memberi Anda taufik untuk menambah segala kebaikan, memperbaiki keadaan suami Anda, mengilhamkan keinsyafan kepadanya, serta menganugerahinya akhlak yang baik, keceriaan, dan kemauan untuk menjaga berbagai hak. Sesungguhnya Dia adalah sebaik-baik Dzat yang dimintai dan Pemberi petunjuk menuju jalan yang lurus.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Kitab ad-Da’wah
**| republished by Lentera Kabah
Lentera Kabah
Tidak ada komentar